REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kericuhan yang awalnya terjadi pada Jumat (8/2) pekanlalu antara demonstran dan pihak keamanan Mesir di depan Istana Al Ittihadiyah terus berlanjut esoknya, Sabtu dan Ahad.
Setelah sempat tenang selama beberapa waktu, para demonstran kembali menggalang aksi yang lebih brutal yang mengakibatkan korban luka bertambah menjadi 216 orang setelah tragedi Jumat yang menyebabkan 126 terluka.
Para demonstran berusaha memanjat gerbang dan melempatkan petasan dan molotov ke pelataran Istana Kepresidenan Mursi. Sementara pihak keamanan berupaya membentengi istana dengan kendaraan berlapis baja dan menghalau para perusuh dengan gas air mata, seperti dilaporkan surat kabar setempat HYPERLINK "http://Ahram.co.eg"Ahram.co.eg (11/2).
Di pihak kepolisian, sedikitnya dua perwira dan tiga prajurit pangawal kepresidenan terluka akibat lemparan batu dari demonstran.
Sementara aksi demonstrasi yang berujung anarkis juga terjadi di provinsi Sharqeya. Para demonstran meyerbu dan melempari pasukan keamanan yang berjaga-jaga di depan rumah Presiden Mursi serta menyerbu kantor FJP.
"Sebanyak 210 dari 216 orang yang terluka dan menjalani pengobatan sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Sementara enam orang lainnya masih menjalani perawatan. Lima orang cedera di luar istana presiden di Ibu Kota Mesir, Kairo, dan satu orang di Gubernuran Gharbiya," jelas petugas kepolisian Omar, Ahad (10/1).
Perdana Mentri Mesir, Hisam Kandil mengecam aksi kekeransan dan anarkis yang dilakukan para demonstran. Menurutnya, kelakuan para demonstran diprovokatori orang-orang yang tak bertanggung jawab dan sengaja menciptakan kekacauan.