REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS--Pemerintah Tunisia membuka diri terhadap bantuan internasional untuk menyelidiki pembunuhan pemimpin oposisi Chokri Belaid, Rabu (6/2) lalu. Sikap pemerintah itu disampaikan Menteri Luar Negeri Tunisia, Rafik Abdessalem, Selasa (12/2).
Dia meyakini pembunuh Belaid memiliki niat untuk menggoyahkan bangsa. Ia memastikan partai Islam Ennahda tak memiliki kepentingan dalam pembunuhan Belaid.
Abdessalem justru menuduh pihak domestik dan internasional yang tidak disebutkan namanya yang membunuh Belaid. ‘’Setelah kematian Belaid, Tunisia mengalami tahap kritis di ambang kekacauan,’’ujar Abdessalem seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (13/2).
Menantu pemimpin partai Ennahda, Rachid El Ghannouchi itu menegaskan partainya tidak pernah melakukan kekerasan di masa-masa sulit.
Abdessalem menegaskan, partai Ennahda malah tetap ingin mempertahankan kabinet politik Tunisia demi menentang rencana Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali yang ingin membentuk kabinet teknokrat.
Abdessalem mengancam pemerintahan Ennahda dapat meninggalkan kekuasaan. ‘’Ennahda akan mundur (dari kabinet) jika Jebali mempertahankan usulannya. Situasi ini tidak bisa dihindari,’’ kata Abdessalem.
Tapi, lanjut Abdessalem, pintu dialog tidak serta merta ditutup. Enhada kini menguasai 89 dari 217 kursi di Majelis Konstituen Nasional setelah pemilu legislatif pada Oktober 2011.