REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pasukan Rusia membunuh seorang militan yang diburu karena pemboman sebuah pasar pada 2010 di Kaukasus Utara.
"Pasukan keamanan menembak mati Sultangery Khashagulgov dan salah satu dari tiga saudaranya yang dituduh melancarkan serangan terhadap sebuah pasar yang ramai di Vladikavkaz, ibu kota Ossetia Utara, yang menewaskan 19 orang pada 2010," ungkap satu sumber penegak hukum kepada Kantor Berita Interfax, Rabu (13/2).
"Khashagulgov (48), seorang pengusaha dan mantan menteri yang bertanggung jawab atas pembangunan di provinsi Ingushetia, dibunuh setelah ia menembaki pasukan keamanan yang berusaha menangkapnya di rumahnya di ibu kota kawasan itu, Nazran," kata Interfax.
Pasukan keamanan sebelumnya menangkap dua saudaranya, Isa dan Yakuba. "Selasa larut malam, tiga bom menyerang aparat penegak hukum di wilayah Dagestan, namun tidak ada korban," kata kantor-kantor berita setempat.
Dalam penembakan terpisah pada malam itu, seorang polisi cedera dan dirawat di rumah sakit. Juga pada Selasa malam, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan ke kantor komite penyelidik kejahatan di Makhachkala, ibu kota provinsi Dagestan. Tidak ada yang cedera dalam insiden itu.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo di Moskow pada Januari 2011.
Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo. Pengebom bunuh diri itu diklaim Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus.
Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.
Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS.
AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut, Doku Umarov.
Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari 2011, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah pada Mei ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Alqaidah Usama bin Ladin tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum syriah.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas Muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) menuduh pihak berwenang Rusia di kawasan Kaukasus Utara -- mulai dari Laut Hitam hingga Laut Kaspia -- melakukan pelangaran HAM dengan dalih menumpas militansi muslim.