REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebuah Kelompok Hak Asasi Manusia (HRW) berbasis di Amerika Serikat (AS), Selasa (12/2) malam, mengatakan Israel melanggar hukum perang saat serangan udara operasi delapan hari terhadap kelompok Hamas di Jalur Gaza November 2012.
Laporan HRW berdasarkan wawancara dengan warga, yang ditanya apakah ada aktivitas serangan Hamas. Kelompok ini mengaku memeriksa kembali nama-nama warga Palestina yang dibunuh berdasarkan daftar yang dikeluarkan oleh kelompok Gaza untuk memastikan apakah mereka adalah warga sipil.
Kemudian HRW melaporkan, sebanyak 14 serangan udara tidak terlihat menjadi sasaran militer yang sah, dan empat lainnya menargetkan kelmpok Hamas, tapi menggunakan kekuatan yang tidak proporsional.
Laporan HRW mengatakan, serangan termasuk pengeboman lokasi sipil, seperti rumah dan kebun pertanian tanpa tujuan militer jelas. HRW melaporkan, serangan itu menewaskan lebih dari 40 warga sipil Palestina.
Kelompok ini mengutip satu serangan bom di rumah Gaza yang menewaskan seorang ayah dan dua anak yang berusia 4 tahun dan 2 tahun. Serangan itu termasuk saat 21 November 2012 yang menewaskan seorang petani Talal al-Asaly (48 tahun), dan dua anaknya, Ayman (19), dan Abeer ( 11), di bagian utara Gaza saat mereka bekerja di kebun.
Tidak hanya itu, perilaku Israel selama operasi militer, termasuk serangan terhadap wartawan yang bekerja untuk kantor berita Palestina yang bersimpati kepada Hamas juga dilaporkan. Satu serangan telah menewaskan dua juru kamera, tujuh pekerja media terluka, dan serangan ketiga pada sebuah kantor media di dalam sebuah bangunan perumahan membunuh seorang bocah 2 tahun.
Juru bicara militer Israel mengatakan, tentara Israel telah membentuk dewan penyelidikan untuk menyelidiki serangan delapan hari Israel, termasuk insiden yang dilaporkan oleh HRW. Dia mengatakan pekerjaan dewan belum selesai. "Sangat disesalkan bahwa organisasi (HRW) memilih untuk mempublikasikan klaim yang belum diverifikasi," kata juru bicara itu.
Sebelumnya Israel menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil, dan mengatakan Hamas menggunakan sekolah, masjid, dan daerah pemukiman untuk berlindung saat melakukan serangan. Tapi kasus identitas yang keliru juga diketahui menimbulkan korban sipil.