REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan informasi keuangan dan berita Thomson Reuters melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan sebanyak 2.500 orang atau sekira empat persen dari tenaga kerjanya untuk mengurangi biaya terbesar.
Saat ini Thomson Reuters memiliki sekitar 60 ribu karyawan. Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) Thomson Reuters, Jim Smith mengatakan kepada analis saat konferensi pada hari Rabu (13/2) bahwa perusahaan itu melakukan PHK posisi divisi Keuangan dan Risiko.
"Ini bukan keputusan yang mudah, tapi kami harus menekan biaya untuk memenuhi persyaratan pelanggan," kata Smith seperti dikutip dari laman theaustralian, Kamis (14/2).
Perusahaan itu, Rabu mengatakan membukukan laba sebesar 372 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk kuartal keempat setelah mengalami kerugian besar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Perusahaan berbasis di New York, AS itu memperoleh 372 juta dolar AS, atau 45 sen per saham, pada periode Oktober hingga Desember. Keuntungan itu naik dari kerugian sebesar 2,6 miliar dolar AS atau 3,11 dolar AS per saham pada periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal terakhir, laba Thomson Reuters mencapai 60 sen per saham, naik dari 54 sen per saham setahun lalu.
Smith mengatakan, perusahaan sedang membuat kemajuan pada prioritas utama, yang meliputi investasi di sektor-sektor yang sedang tumbuh seperti perlindungan kekayaan intelektual, dan informasi hukum.