REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Parlemen Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik menjegal peluang awal Charles Timothy Hagel atau Chuck Hagel untuk duduk di Kementerian Pertahanan.
Oposisi menolak pencalonan Hagel dan meminta injury time untuk memutuskan pencalonannya. Suara Republik mengandaskan suara dukungan dengan perolehan 58 - 40 suara. Gedung Putih menjagokan Hagel untuk menggantikan Menteri Pertahanan Leon Panetta yang akan lengser sebentar lagi. Hagel membutuhkan minimal 60 suara untuk lolos uji kompetensi.
Ketua Republik di Senat, John Cornyn, mengatakan partainya cuma menginginkan waktu panjang untuk membahas kompetensi Hagel. Kata dia minimnya informasi dan latar belakang calon, membuat oposan memerlukan kajian ulang. Partai Republik melucuti Hagel dengan setumpuk pertanyaan masa lalu terkait Iran, Israel, dan Timur Tengah. ''Kami tidak ingin membunuhnya,'' kata John, usai pembahasan, Kamis (14/2), dan dilansir Reuters, Jumat (15/2).
John menambahkan, nominasi Hagel selanjutnya menunggu masa reses yang akan berakhir hingga 25 Februari mendatang. Aljazirah mengatakan, kegagalan Hagel ini adalah kekalahan Partai Demokrat. Partai penguasa tersebut tidak memperthitungkan kekuatan oposan di parlemen. Dengan menguasai 55 dari seratus kursi senat di parlemen, Partai Demokrat menghitung mudah meluluskan Hagel.
Ternyata tidak. Partai penguasa sengaja menggandeng calon pemimpin Pentagon ini dari Partai Republik. Tapi hanya empat anggota senat oposan yang setuju dengan pencalonan Hagel. Sedangkan lainnya, seragam mengatakan tidak, dan menunggu waktu yang tepat membahas pencalonan mantan serdadu perang itu.
Ketua Senat dari Partai Demokrat, Harry Reid, mengaku kecewa dengan penundaan pencalonan. Kata dia, oposisi sengaja mengulur waktu pencalonan Hagel lantaran masih mendesak Gedung Putih dengan laporan atas peristiwa di Benghazi, Libya tahun lalu. Penundaan kali ini, terang Reid, adalah pertama kali dalam sejarah pencalonan pjabat tertinggi di Pentagon.
Reid menuding Partai Republik tidak pernah siap dengan agenda yang sudah direncanakan. Apalagi mengingat situasi di Semenanjung Korea yang mulai beriak.
Presiden Barack Obama juga mengaku geram dengan penundaan Partai Republik. Juru Bicara Kepresidenan Jay Carney mengatakan, penundaan akan membahayakan kebijakan keamanan AS. ''Ini hanya membuang-buang waktu. Kita harus berhenti bermain-main dengan politik. Ini terkait dengan keamanan,'' kata dia, seperti dilansir BBC News, Jumat (15/2).
Obama mencatut nama Hagel untuk menemani kebijakan keamanan dan pertahanan AS di etape ke dua kepemimpinannya. Presiden resmi menguarkan namanya pada 7 Januari lalu bersama nama kandidat menteri lainnya. Pria 66 tahun ini adalah mantan senator dari negara bagian Nebraska.