Rabu 20 Feb 2013 00:40 WIB

India Menunggu Dinasti Gandhi-Nehru (II)

Rep: Teguh Setiawan/ Red: M Irwan Ariefyanto
Rahul dan Sonia Gandhi
Foto: www.themediainternational.com
Rahul dan Sonia Gandhi

REPUBLIKA.CO.ID,Sebagai anggota keluarga pemilik partai, Rahul Gandhi masih dipercaya memberikan energi baru bagi partai warisan nenek moyangnya. Pada 20 Januari lalu, Rahul memperlihatkan kemampuannya berpidato sebagai wakil presiden partai.

Pidatonya bersemangat, menyerukan revolusi, keterbukaan dalam pemerintahan, dan pentingnya mengurangi sentraliasi. Ia mengatakan kepada para pendukungnya bahwa Partai Kongres harus mewakili semua orang di India; kaum miskin, urban, dan orang kaya.

Rahul mengetahui bahwa Partai Kongres, sejak kali pertama didirikan, sangat bergantung pada pemilih tradisionalnya, yaitu kaum miskin di pedesaan. Indira dan Rajiv Gandhi memperoleh dukungan dari mereka dengan memberikan janji berbagai subsidi, kesejahteraan, serta peran kaum miskin dalam perjuangan meraih kemerdekaan. Tidak hanya kalangan miskin pedesaan, kelompok politik lainnya, anak-anak muda terdidik, berasal dari kelas menengah, dan menginginkan keterbukaan politik, juga tertarik dengan isu yang dimainkan Rahul.

Analis politik India yakin, popularitas Rahul dan Partai Kongres akan kembali meningkat sepanjang 2013. Ini sebagai akibat tingginya inflasi, kian maraknya aksi protes terhadap korupsi di pemerintahan, dan insiden pemerkosaan terhadap seorang wanita oleh gangster jalanan.

Bahkan, Rahul kemungkinan mendapatkan suara dari kelas menengah perkotaan yang dihantui kecemasan oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi dan kian minimnya lapangan pekerjaan. Pendukung yang terlalu gembira menggambarkan keadaan ini sebagai musim semi India.

Pertanyaan menariknya adalah apakah Rahul cukup mampu meraih dukungan besar dari masyarakat perkotaan segala lapisan?

Bagai pemerhati politik India, ini pertanyaan yang sulit. Kelas menengah perkotaan di India bukan orang yang gampang lupa. Mereka mengetahui, politik dinasti sulit menerapkan meritokrasi dan mewujudkan janji transparansi.

Mereka yang ragu-ragu mengatakan, Rahul memiliki peluang, tapi dengan satu catatan, jika lawan-lawan politiknya tidak memberi tekanan serius. Sejauh ini tekanan itu tidak ada. Bharatiya Janata Pary, pesaing utama Partai Kongres, relatif sedang bermasalah.

Pada 22 Januari lalu, Nitin Gadkari—orang nomor satu di BJP—terguling oleh skandal korupsi. Nitin terbukti mendaftarkan perusahaannya atas nama seorang kenalannya. Meski demikian, Nitin  ngotot mencalonkan diri lagi pada Pemilihan Presiden BJP pekan ini.

Dia juga diduga menggelapkan pajak. Namun, Nitin membantah semua tuduhan itu dengan mengatakan, dirinya tidak melakukan kesalahan apapun.

BJP menunjuk Rajnath Singh, politis veteran yang dikenal publik berkat perannya memenangkan Pemilu 2009, sebagai pengganti Nityn. Namun, Rajnath bukan lawan sepadan Rahul. Dia telah berusia lanjut dan bukan idola pemilih pemula.

Kabar terakhir menyebutkan, sejumlah pemimpin BJP menginginkan Nitin meninggalkan partai agar lebih mudah menyerang Partai Kongres. Namun, dia mengabaikan desakan itu. Nitin mendapatkan dukungan faksi Rasthriya Swayamsevak Sangh (RSS), kelompok garis keras Hindu di tubuh BJP. Bahkan, BJP melihat Nitin atau Rajnath adalah sosok yang paling pas sebagai calon perdana menteri. Narendra Modi, yang mengalahkan Partai Kongres dalam pemilu di Uttar Pradesh, bukan sosok yang tepat untuk menjadi calon perdana menteri. RSS menganggap Modi terlalu independen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement