REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Koran terkenal di Italia, La Repubblica menulis laporan tentang dibalik rencana mundurnya Paus Benediktus XVI yang diumumkan pada 11 Februari lalu.
Keputusan Paus untuk mundur sebenarnya sudah diambil pada 17 Desember 2012. Ketika itu, paus menerima dokumen dari tiga kardinal. Dari dokumen tersebut, belakangan muncul skandal Vatileaks.
Mei tahun lalu, Kepala Pelayan Paus Paolo Gabriele ditahan dengan tuduhan mencuri dan membocorkan korespondensi kardinal tersebut. Dokumen itu menyebutkan Vatikan saat ini menjadi tempat penuh intrik dan perkelahian.
Menurut La Repubblica, seperti dikutip The Guardian, dokumen yang berisi dua bagian dan terdiri dari hampir 300 halaman itu dibundel dengan tali merah. Disimpan dalam apartemen Paus dan akan dikirim ke penerus Paus ketika pemilihan.
Beberapa pejabat Vatikan juga menjadi subjek dari pengaruh luar Vatikan yang bersifat duniawi. Koran ini pun mengendus adanya upaya pemerasan dibalik itu.
La Republicca juga mengutip seorang sumber yang dekat dengan laporan kardinal, "Semuanya perintah ke-enam dan ke-tujuh,"
Pada perintah ke-tujuh adalah melarang pencurian. Ke-enam melarang perzinaan. Hanya, ini dihubungkan dengan doktrin katolik yang mengharamkan perilaku homoseksual
La Repubblica mengungkapkan, laporan kardinal mengidentifikasi beberapa tempat pertemuan di Roma dan sekitarnya. Termasuk sebuah villa di luar Ibu Kota Italia. Sebuah Sauna di dekat Kota Roma, sebuah calon kecantikan di pusat kota dan universitas tempat kuliahnya Uskup Agung Provinsi.
Koran itu menyebutkan kalau terdapat faksi di Vatikan. Salah satu faksi terikat dengan orientasi seksual.
Laporan La Repubblica tersebut yang terbaru dalam serangkaian klaim bahwa jaringan gay ada di Vatikan. Pada tahun 2007 seorang pejabat senior diskors dari jemaat, atau departemen setelah bermain dalam film yang ditayangkan oleh program televisi Italia. Dalam film tersebut, pejabat itu menawarkan adegan seksual dengan seorang pria yang lebih muda.