REPUBLIKA.CO.ID, PBB -- Rusia menuduh para diplomat Amerika Serikat (AS) menghambat Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan kecaman terhadap serangan bom di ibu kota Suriah yang menewaskan setidaknya 59 orang.
Dengan menghambat kecaman dari DK PBB, AS dituding malah mendorong serangan oposisi di Suriah. Para diplomat AS itu menuding balik bahwa Rusia menolak memasukkan kecaman terhadap Presiden Bashar al-Assad yang menjadi sekutunya itu.
Ledakan bom dekat kantor-kantor Partai Baath yang berkuasa di Damaskus juga merusak kedutaan besar Rusia. Para aktivis Suriah mengatakan setidaknya 59 orang tewas. DK PBB menyelenggarakan sidang membahas usulan Rusia, tetapi AS dan negara-negara Barat lainnya ingin memasukkan kecaman terhadap pasukan Bashar karena menyerang para warga sipil. Rusia menolak kecaman terhadap Bashar.
"Naskah itu mengonfirmasikan prinsip-prinsip yang teguh bahwa terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya merupakan salah satu dari ancaman-ancaman paling serius pada perdamaian dan keamanan internasional dan tidak dapat dibenarkan," kata Anton Uspensky, juru bicara misi Rusia di PBB ke AFP.
Juru bicara misi AS untuk PBB, Erin Feltin, mengatakan, "Kami mengutuk keras semua serangan teroris terhadap warga-warga sipil atau terhadap fasilitas-fasilitas diplomatik. Kami setuju dengan rancangan Rusia dan hanya berusaha menambahkan bahasa yang sama terhadap serangan kejam pemerintah Damaskus terhadap rakyat Suriah. Disesalkan, Rusia menolak memasukkannya dalam naskah yang dapat dipercaya itu," tambahnya.