Ahad 24 Feb 2013 20:34 WIB

Kerry 11 Hari Keliling Eropa dan Timteng

Rep: Indah Wulandari/ Red: M Irwan Ariefyanto
John Kerry
Foto: AP
John Kerry

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON –- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Eropa dan Timur Tengah. Kedatangannya dinanti-nanti para para pemimpin negara,  terkait perspektif AS terhadap konflik Suriah, Iran, hingga Israel-Palestina.

 

Perjalanan Kerry dimulai dari London pada Sabtu (23/2) lalu. Selama 11 hari mendatang sampai tanggal 6 Maret, dia direncanakan singgah di kota Berlin, Paris, Roma, Ankara, Kairo, Riyadh, Abu Dhabi, dan Doha.

"Saya tidak melihat sinyal adanya strategi baru Amerika menghadapi sejumlah konflik negara. Karena dia (Kerry) belum menjajaki Kementerian Pertahanan serta pemegang kebijakan baru lainnya belum tertata optimal,” ujar peneliti Center for Strategic and International Studies, Jon Alterman pada Reuters, Ahad (24/2).

Meskipun ada pernyataan Presiden AS Barack Obama untuk memikirkan kembali tindakan militer terhadap sejumlah tindakan pemberontakan di sejumlah negara, ada titik terang baru. Terutama, menurut Alterman, kasus Suriah yang bakal mengalami pendekatan dengan solusi baru.

Penilaian Alterman itu ditarik dari kebijakan Obama untuk membatasi bantuan senjata pada negara yang terlibat konflik. Walaupun mereka ditengarai tetap menerima pasokan senjata dari Qatar dan Saudi Arabia.

Setelah melakoni perjalanan ke London, Berlin, dan Paris, Kerry langsung menuju Roma menemui kelompok oposisi  Suriah. Kelompok ini selama dua tahun terakhir menjalin hubungan timbal balik dengan Negara Paman Sam ini untuk menggoyang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.

Perjalanan Kerry setelah melintasi tanah Inggris, Cina, Prancis, dan Rusia berlanjut dengan pertemuan penting lainnya dengan pemerintah Iran di Kazakhstan. Misi besarnya untuk mempengaruhi Iran agar tidak melanjutkan program nuklirnya.

Peneliti dari  Brookings Institution, Bruce Riedel melihat kedatangan Kerry juga menjadi perhatian Raja Saudi Abdullah. Terutama untuk mendengarkan bagaimana pendekatan AS terhadap konflik Israel-Palestina, Iran, dan isu lainnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement