REPUBLIKA.CO.ID, Pemimpin partai Komunis Cina yang baru, Xi Jinping, mengadakan pertemuan dengan delegasi dari Taiwan, Senin (25/2). Pada pertemuan tersebut, ia mengatakan bahwa kebijakan terhadap pulau yang memiliki aturannya sendiri di Taiwan tidak akan berubah secara dramatis. Xi menawarkan hubungan damai Cina-Taiwan bila ia menjadi presiden Cina.
“Untuk menjaga kepentingan saudara-saudara kami di Taiwan, dan meningkatkan kesejahteraan mereka adalah janji kami para pemimpin baru parta komunis,” kata Xi pada kantor berita Cina, Xinhua.
Cina dan Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak pasukan nasionalis yang kalah lari ke pulau itu pada akhir perang sipil pada tahun 1949. Beijing tidak pernah menyangkal penggunaan kekuatan untuk membawa pulau tersebut ke bawah kendalinya. Selama bertahun-tahun, selat di antara keduanya menjadi daerah yang paling bergejolak.
Namun, hubungan itu menghangat secara signifikan sejak Presiden Taiwan Ma Ying-jeou terpilih pada tahun 2008. Kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan hubungan perdagangan dan penawaran pariwisata dan Cina sekarang pasar ekspor utama Taiwan.
Ketegangan antara Cina dan negara-negara tetangganya, termasuk Jepang, Vietnam dan Filipina, terhadap klaim lepas pantai menyebabkan kekhawatiran untuk hubungan Cina-Taiwan. Tetapi meskipun hubungan ekonomi menjadi lebih baik antara keduanya, hanya sedikit kemajuan ke arah rekonsiliasi politik atau pelonggaran ketidakpercayaan militer.
Xi pun menyadari permasalahan politik dan sejarah tidak dapat begitu saja dihilangkan. Karena itu, pada pertemuan Xi dengan Len, mantan wakil presiden Taiwan akan membicarakan isu-isu yang belum terlaksanakan dari kesepakatan hubungan lintas selat antara Cina dan Taiwan.