REPUBLIKA.CO.ID,GAO -- Perang di utara Mali telah menghentikan layanan pendidikan 700 ribu anak Mali. Prancis meluncurkan perang melawan oposisi Mali sejak Januari 2013.
"Krisis di Mali telah menghentikan layanan pendidikan sekitar 700 ribu anak Mali, dan membuat 200 ribu lainnya tidak dapat mengakses sekolah baik di utara maupun selatan negara, " ungkap lembaga PBB untuk pendidikan, UNICEF dilansir Al-Arabiya, Senin (25/2).
Sejak Januari 2012, sebanyak 115 sekolah di utara negara tersebut ditutup atau rusak. UNICEF mengungkapkan bom yang belum meledak ditemukan di sejumlah gedung sekolah.
Situasi konflik di Mali semakin buruk setelah Prancis mengintervensi militer. "Banyak guru yang gagal kembali ke utara dan sekolah di selatan tidak dapat menampung semua siswa pindahan dari utara, " ungkap wakil UNICEF di Mali, Francoise Ackermas.
Berdasarkan keterangan Menteri Pendidikan Mali, Bocar Moussa Diarra, hanya satu dari tiga sekolah di utara yang berfungsi. "Di Kidal, semua sekolah ditutup sementara di Timbuktu lima persen sekolah sudah dibuka kembali. Di Gao hanya 28 persen guru yang mengajar, " ungkapnya.
Menurutnya, ratusan sekolah perlu dibangun dan direhabilitasi kembali. Konflik di Mali telah berlangsung sejak tahun lalu ketika oposisi menguasai sejumlah kota termasuk Gao dan Timbuktu.