Kamis 28 Feb 2013 14:00 WIB

PBB Prihatin Kematian Arafat Jaradat

Warga Palestina menghadiri pemakaman Arafat Jaradat di Saeer, Kota Tepi Barat, Hebron, Senin (25/2).
Foto: AP/Nasser Shiyoukhi
Warga Palestina menghadiri pemakaman Arafat Jaradat di Saeer, Kota Tepi Barat, Hebron, Senin (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Duta Besar Pakistan untuk PBB, Masood Khan berbicara atas nama Kaukus Gerakan Non-Blok (GNB) di Dewan Keamanan, Rabu (27/2).

Ia menyampaikan anggota Kaukus GNB di Dewan Keamanan PBB menyampaikan keprihatinan mereka yang sangat besar mengenai kematian pria Palestina, Arafat Jaradat di dalam penjara Israel pada 23 Februari 2013, dan keadaan seputar penahanan serta kematiannya.

Kematian Jaradat yang ditangkap pada 18 Februari, menimbulkan keprihatinan global dan memicu ketegangan yang meningkat antara Israel dan Palestina.

Utusan Pakistan itu juga mengatakan Kaukus GNB menyerukan penyelidik independen dan tak memihak mengenai peristiwa tersebut.

"Semua anggota Kaukus GNB di Dewan Keamanan menyerukan dihormatinya secara penuh hak asasi manusia internasional dan kewajiban hukum kemanusiaan terhadap semua tahanan Palestina dan tahanan yang dipenjarakan oleh Israel, kekuatan pendudukan," kata Khan kepada wartawan di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, seperti disadur dari Xinhua, Kamis (28/2).

Anggota Kaukus GNB, kata Khan, juga menyerukan upaya segera oleh semua pihak untuk meredam ketegangan. "Guna menghindari makin hilangnya kestabilan, memelihara ketenganan, dan menyelamatkan prospek bagi dihidupkannya kembali perundingan perdamaian ke arah tercapainya penyelesaian yang adil, langgeng dan menyeluruh bagi konflik Israel-Palestina," kata dia memaparkan.

Kaukus GNB saat ini di Dewan Keamanan terdiri atas Azerbaijan, Guatemala, Marokko, Pakistan, Rwanda dan Togo --semua negara GNB yang dipilih sebagai anggota bergilir Dewan Keamanan.

GNB, yang memiliki 120 negara anggota hingga 2012, didirikan di bekas Yugoslavia pada 1961. Sekarang negara GNB merupakan hampir dua-pertiga anggota PBB dan terdiri atas 55 persen penduduk dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement