REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Aparat kepolisian Diraja Malaysia di Sabah memperketat pemeriksaan terhadap warga negara asing (WNA) di sepanjang jalan Tawau-Kota Kinabalu sejak beberapa pekan ini.
Seorang agen tenaga kerja Indonesia (TKI) di Kabupaten Nunukan, Alias, Sabtu (2/3) mengakui pengetatan tersebut dan sangat meresahkan karena seluruh penumpang maupun barang-barang milik TKI diturunkan dan diperiksa.
Bahkan dia mengatakan resah atas pengetatan pemeriksaan itu karena menghambat ketibaan para TKI di kawasan atau perusahaan yang akan dituju.
Namun Alias tidak kuatir terhadap polisi Malaysia yang memperketat pemeriksaan terhadap TKI karena adanya gejolak antara kelompok bersenjata Filipina dengan aparat kepolisian Diraja Malaysia terkait dengan sengketa di Felda Sahabat 17 Lahaddatu sejak 11 Februari 2013 lalu.
"Pengetatan pemeriksaan ini ada hubungannya dengan keberadaan warga Filipina yang bersenjata di salah satu kawasan perkebunan kelapa sawit di Lahaddatu," kata Alias.
Ia mengatakan pemeriksaan oleh aparat kepolisian Malaysia dengan menggunakan senjata lengkap baru saja seperti itu sehingga membuat TKI yang baru masuk bekerja di Malaysia itu menjadi resah.
Alias membandingkan sewaktu konflik Indonesia dengan Malaysia terkait Ambalat (perbatasan perairan Sabah dengan Nunukan) pemeriksaan tidak berlapis-lapis seperti itu.
"Semua kendaraan yang melintas diperiksa termasuk penumpang dan barang bawaan. Polis Malaysia berjaga-jaga sampai berlapis-lapis dengan menggunakan senjata lengkap," ujar dia yang mengaku sedang dalam perjalanan menuju Lahaddatu Sabah, Sabtu.
Hal yang sama dirasakan Arman, agen TKI lainnya di Kabupaten Nunukan. Agen TKI yang baru pulang mengantar TKI menuju kawasan perkebunan kelapa sawit di Km 13 jalur Lahaddatu-Sandakan, Jumat (1/3) ini mengatakan, sejak adanya kelompok bersenjata dari Filipina yang masuk ke Sabah, pemeriksaan terhadap WNA (TKI) di sepanjang jalan sangat ketat.
Arman menceritakan selama empat hari di Lahaddatu konflik antara Filipina dengan Malaysia menjadi perbincangan hangat para TKI terkait dengan kondisi keamanan diri dan keluarganya.
Namun dia mengaku, para TKI yang sebagian besar bekerja di perkebunan kelapa sawit itu belum ada yang berencana untuk pulang ke kampung halamnnya untuk mengamankan diri.
"Tapi kalau kondisi keamanan di Sabah belum juga mereda dalam waktu dekat ini kemungkinan besar akan mempengaruhi para TKI untuk kembali ke kampung halamannya mengamankan diri," ucapnya, Sabtu.
Ia juga mengatakan jika kondisi keamanan berkepanjangan maka dapat mengancam para TKi karena seringkali terlihat orang bertopeng lalu lalang memangkul senjata.
Hanya saja, lanjut Arman, belum ada aparat kepolisian Malaysia maupun kelompok bersenjata Filipina yang memasuki camp-camp TKI melakukan kekacauan.
Gejolak dan saling tembak antara aparat Malaysia dengan kelompok bersenjata yang diduga kuat dari Kesultanan Sulu Filipina Selatan itu masih berlangsung sampai sekarang dan telah menelan korban sebanyak 14 orang dari kedua belah pihak.