REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Wakil Presiden (Wapres) Venezuela Nicolas Maduro pada Minggu mengatakan Presiden Hugo Chavez masih bertugas dan mengambil kebijakan politik, sosial dan ekonomi meskipun dia tengah menjalani proses kemoterapi.
Maduro mengatakan pemimpin sosialis berusia 58 tahun yang kini dirawat di sebuah rumah sakit militer di Karakas, masih memberikan arahan kepada kabinetnya bahkan pada Jumat kemarin.
"Beliau masih menerima informasi dan bertugas sebagai pemimpin yang didaulat oleh rakyat Venezuela," kata Maduro dalam siaran televisi pemerintah.
Pihak oposisi mengatakan pemerintah berbohong soal kondisi Chavez dan meragukan klaim Maduo yang menyatakan Chavez pernah menggelar rapat selama lima jam dengan kabinetnya pada 22 Februari lalu dengan memberikan perintah melalui tulisan tangan akibat kondisinya yang sulit berbicara.
Tetapi Maduro berulang kali menegaskan bahwa rapat tersebut benar digelar. Dia bahkan menyatakan bahwa Chavez telah memberikan sejumlah arahan kepada Menteri Ilmu Pengetahuan, Jorge Arreaza, yang sekaligus menantunya, sebelum memberikan perintah berikutnya pada Jumat.
Maduro yang merupakan calon pengganti Chavez kelak membacakan sejumlah berkas yang berisi langka politik, sosial dan ekonomi yang diminta Chavez guna memperkuat perekonomian dalam menghadapi perang ekonomi dengan kaum borjuis parasit.
Chavez yang pertama kali didiagnosa kanker di wilayah seputar panggulnya pada Juni 2011, menjalani operasi keempat di Kuba pada Desember lalu. Pemerintah tidak pernah mengumumkan secara rinci tentang penyebab, lokasi dan tingkat parahnya kanker tersebut.
Chavez memiliki semangat yang tinggi untuk berjuang hidup, kata Maduro yang menepis segala macam rumor terkait kondisi kesehatan sang presiden.
Salah satu anak perempuan Chavez, Maria Gabriela, menjawab publikasi online foto yang menampilkan dirinya terlihat sedih ketika sedang melakukan misa.
"Sedih? Saya tentunya tidak bisa merasa senang ketika ayah saya sedang sakit, tetapi saya tetap percaya kepada Tuhan," kata Maria Gabriela dalam akun Twitter miliknya.
"Apakah dalam misa berikutnya saya harus menari dan tertawa, itu hal yang gila karena saya pikir misa itu hal yang serius," tulisnya.
Chavez tidak muncul ke publik selama hampir tiga bulan. Hanya empat foto yang dirilis sejak itu, yang terakhir pada 15 Februari ketika dia terbaring di rumah sakit Havana, tersenyum bersama kedua putrinya.
Sebanyak 50 mahasiswa menghabiskan malam merka untuk melakukan aksi unjuk rasa di jalanan, yang meminta agar pemerintah jujur soal kondisi Chavez.
Pemerintah menuduh pihak oposisi dan media asing menyebarkan gosip tentang Chavez guna mengacaukan pemerintahan di negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia itu.
"Kami ingin melihat Chavez pulih dan sehat dan kami ingin beliau tentang saat melakukan perawatan yang harus dijalaninya," kata Menteri Luar Negeri, Elias Jaua.
"Mereka yang tidak mengingkan Chavez sembuh adalah kelompok orang yang menggunakan surat kaleng, tekanan kriminal serta beberapa perilaku mengerikan lainnya," kata Jaua.
Sementara itu Maduro menuduh pemimpin oposisi Henrique Capriles berkonsiprasi terhadap Venezuela dalam kunjungannya ke Amerika Serikat dan Kolombia, sekaligus mengingatkannya agar "tidak melanggar aturan hukum".
Dia mengatakan Capriles, Gubernur Negara Bagan Miranda yang kalah dari Chavez dalam pemilu presiden pada Oktober lalu, telah bertemu dengan tentara di Kolombia dan kini berada di Amerika Serikat.
Wapres Maduro mengatakan Capriles bertolak ke Miami dan New York pada akhir pekan ini dan berencana untuk menemui Roberta Jacobson, yang merupakan pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri AS untuk urusan Amerika Latin.