REPUBLIKA.CO.ID,PELERIN -- Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon dan utusan Suria Liga Arab dan PBB untuk Suriah Lakhdar Brahimi frustrasi terhadap konflik yang sedang berlangsung di Suriah.
Hal itu diungkapkan Ban dan Brahimi saat bertemu di Mt. Pelerin, Swiss, Sabtu (2/3). Mereka juga memperingatkan bahwa rezim presiden Suriah Bashar Al Assad dan oposisi menjadi semakin nekat, dan pelaku kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan harus dibawa ke pengadilan. ‘’Mereka (Ban dan Brahimi) menyesal bahwa Pemerintah dan kekuatan oposisi bersenjata telah menjadi semakin nekat,’’ kata juru bicara Ban.
Dia menambahkan, keduanya menyatakan frustrasi yang mendalam atas kegagalan masyarakat internasional untuk yang bersatu untuk mengakhiri konflik. ‘’Masyarakat internasional harus bersatu untuk mencapai solusi politik dan mengakhiri penderitaan di Suriah,’’ kata Ban dan Brahimi seperti dikutip dari RIA Novosti, Ahad (3/3).
Mereka berdua mengaku siap menjadi mediator dialog antara rezim presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sementara itu, pada hati yang sama Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi bertemu dengan Menteri luar negeri Suriah Walid Muallem untuk membicarakan konflik. "Posisi resmi Iran adalah bahwa Assad akan tetap presiden yang sah sampai pemilihan berikutnya pada tahun 2014,’’ ujar Salehi seperti dilansir dari BangkokPost, Ahad.
Salehi menambahkan, Assad akan ambil bagian dalam pemilihan presiden tahun depan dan menyerahkan keputusan kepada rakyat Suriah untuk memilih pemimpin mereka sendiri.
Assad menjabat sebagai presiden pada tahun 2000 setelah kematian ayahnya Hafez Al Assad. Sebuah konstitusi baru diadopsi pada Februari 2012 menyatakan bahwa ia bisa mencalonkan diri sebagai presiden sebanyak dua kali periode sejak 2014. Ini berarti jika Assad terpilih kembali, maka dia dapat menjadi presiden sampai tahun 2028 mendatang.
Salehi juga mendukung ajakan pemerintah Suriah untuk melakukan pembicaraan dengan oposisi. Dia menyebut inisiatif itu sebagai sebuah langkah positif, tetapi menegaskan bahwa rezim Assad memiliki pilihan untuk terus berjuang melawan oposisi.