REPUBLIKA.CO.ID,BAMAKO -- Pentolan kelompok pemberontak di perbatasan Mali - Aljazair - Nigeria, Mokhtar Belmokhtar tewas dalam sebuah serangan. Tentara bantuan dari Chad di Mali Utara berhasil memburu salah satu orang paling dicari di Afrika Barat ini.
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Chad, Zacharia Gobongue mengatakan, garis depan pasukannya mengepung wilayah pemberontakan di sebelah timur laut ibukota Mali, Bamoko, sejak sepekan terakhir.
Wilayah tersebut berbatasan dengan dua negara Aljazair dan Nigeria. Serangan mematikan terjadi di Pegunungan Ifogha saat Sabtu (2/3). Kawasan tersebut adalah sarang pemberontak di banyak negara-negara Afrika Barat. ''Korban tewas termasuk salah satu pemimpin mereka (Mokhtar),'' kata Gobongue, saat siaran nasionalnya dan dilansir Aljazirah, Ahad (3/3).
Tewasnya Mokhtar menandakan pembebasan Mali Utara, dan perbatasan lainnya dari pemberontak, akan usai.
Mokhtar adalah dedengkot dibalik penculikan puluhan warga asing di Kilang Mineral Almaty di Aljazair bulan lalu. Kebanyakan sandera adalah berwarga negara Prancis. Kelompok Mokhtar mengaku bertanggung jawab tewasnya 60 sandera.
Mokhtar sempat mengancam akan membunuh warga asing lebih banyak jika Prancis tidak hengkang dari Mali dan menghentikan serangannya terhadap kelompok bersenjata Islamis di Mali Utara.
Prancis adalah komandan utama dalam intervensi militer di Mali sejak 11 Januari 2013. Mokhtar dikenal berafiliasi dengan Alqaidah Maghreb Islam (AQIM). Kelompok ini adalah jaringan terorisme terbesar di Afrika Barat.
Sejak Prancis masuk zona perang di Mali, rentetan aksi gerilayawan bersenjata mulai merambat ke negara-negara Afrika Barat lainnya.