REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH, JALUR GAZA -- Dalam beberapa bulan belakangan, para petani Palestina di Jalur Gaza menghadapi penurunan tajam berbagai jenis sayuran yang diekspor ke Eropa, akibat persaingan dari sebagian negara Afrika.
Akibat dari peristiwa tersebut, mereka mulai menanam rempah-rempah obat dan ramu-ramuan guna meningkatkan keuntungan mereka.
"Para petani melihat bahwa sayur-mayur tak lagi berharga untuk ditanam akibat kesulitan mengekspornya dan penurunan keuntungannya. Oleh karena itu, kami memikirkan produk baru pertanian," kata Abu Najja, yang menghadapi pameran pertanian berupa rempah-rempah dan ramu-ramuan tahun lalu di Berlin.
Karena penggunaan rempah-rempah dan ramu-ramuan --terutama di sebagian negara Eropa-- telah menjadi makin populer, para petani Jalur Gaza mendapati bahwa menanam rempah-rempah dan ramu-ramuan serta mengekspornya ke banyak negara Eropa adalah peluang emas.
"Kami dulu biasa mengekspor cheri, tomat, strawberi dan bunga ke Eropa serta negara lain Arab," kata Abu Najja, sebagaimana dilaporkan Xinhua. Ia memiliki lahan pertanian di sebelah barat Rafah di bagian selatan Jalur Gaza.
Ia menambahkan, "Namun sejak usaha ini merosot, kami mendapati kenyataan bahwa memproduksi dan mengekspor rempah-rempah obat dan ramu-ramuan ke Eropa patut dilakukan sebab permintaan akan bahan-bahan tersebut cukup tinggi."
Banyak ahli pertanian setempat mengatakan kondisi tanah dan cuaca di Jalur Gaza cocok untuk menanam ramu-ramuan dan rempah-rempah obat.
"Ada 26 jenis ramu-ramuan dan rempah-rempah obat hijau yang ditanam para petani di bagian selatan Jalur Gaza, seperti jahe, sejenis ketumbar, jinten, kemangi, bawang putih dan sejenis tanaman pewangi, dan tanaman itu dapat tumbuh sepanjang tahun," kata Abu Najja.
Ahmed el-Farra, seorang petani lain di Kota Khan Yunis di bagian selatan Jalur Gaza, mengatakan pembatasan yang diberlakukan Israel atas ekspor produk pertanian dari Jalur Gaza sekarang berjalan hampir tiga tahun. Ditambahkannya, "Setelah perang pada November, ekspor produk pertanian --dari Jalur Gaza-- meningkat."