REPUBLIKA.CO.ID, FUKUSHIMA -- Sejumlah warga Jepang yang tinggal di dekat pusat pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima berisiko terkena sejumlah kanker.
Laporan dari lembaga kesehatan PBB, WHO menyatakan warga dan sejumlah pekerja darurat terpapar radiasi nuklir setelah terjadi gempa bumi dan tsunami pada 2011 di Jepang.
Risiko tersebut diakui WHO hanya kecil. "Dosis radiasi yang diterima populasi di sekitar hanya kecil, meskipun mereka adalah komunitas yang paling banyak terpapar," ujar Richard Wakeford dari Institut Nuklir Dalton dilansir PressTV, Selasa (5/3).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tim ahli internasional, tidak ada risiko kesehatan bagi warga yang tinggal di wilayah lain di Jepang. Dari mereka yang terpapar radiasi, balita memiliki risiko terkena kanker lebih besar dibandingkan anak-anak dan dewasa.
Untuk balita perempuan, laporan mengindikasikan peningkatan risiko tumor mencapai 4 persen dan 6 persen untuk kanker payudara. Mereka juga berisiko 7 persen lebih tinggi untuk terkena kanker darah atau leukaemia dibandingkan perkiraan pada populasi normal dan balita laki-laki.
Sementara itu, iodin yang dikeluarkan dalam insiden nuklir tersebut akan terserap thyroid. Risiko kanker thyroid mencapai 70 persen bagi balita perempuan, lebih tinggi dibandingkan perkiraan.
Pada Maret 2011, tsunami menerjang Jepang setelah gempa bumi berkekuatan 9.0 skala richter terjadi. Hal itu membuat pembangkit listrik tenaga nuklir Jepang rusak. Empat dari enam reaktor nuklir dinyatakan russak. Sekitar 110 ribu warga di Fukushima Daiichi yang berada di dekat pembangkit listrik dievakuasi.