REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela, Hugo Chavez meninggal karena kanker yang dideritanya selama hampir dua tahun, Selasa (5/3). Selama empat tahun memimpin, Chavez dinilai telah mengubah Venezuela.
Analis Amerika latin, Victor Bulmer-Thomas dari BBC mengatakan, kepemimpinan pertama Chavez ditandai dengan moderasi kebijakan luar negeri. Chavez sering berkunjung ke Amerika Serikat (AS). Namun, kebijakan domestiknya lebih radikal dengan fokus program sosial.
Misi pemerintahan Chavez didedikasikan untuk meningkatkan akses pada pelayanan kesehatan, pendidikan, jaminan sosial, dan pangan. Serta lahan untuk sektor termiskin dalam masyarakat. Aliansi dengan Kuba pun dibentuk untuk menjalankan misinya. Tak heran jika dukungan dari rakyat miskin ikut melonjak.
Keberhasilan Chaves memperkenalkan konstitusi baru pada 2000 menandakan adanya ambisi jangka panjang. Dengan konstitusi itu dia bisa mencalonkan diri sebagai presiden dalam pemilihan ulang.
Revolusi melawan Chavez pun dilancarkan untuk menggulingkannya dari istana kepresidenan pada April 2002. Namun, Chavez kembali pada kekuasaannya dalam waktu 48 jam.
Militer awalnya tampak mendukung kudeta. Namun, kemudian malah mengembalikan kekuasaan kepada Chavez. Dia pun mulai kampanye besar-besaran melawan musuh-musuhnya di dalam dan di luar negeri.
Di dalam negeri, Chavez menarget kelas politik tradisional yang memiliki hubungan kuat dengan AS. Untuk melawan pengaruh di media, Chavez mempromosikan televisi negara dan menekan pengadilan untuk membatasi media swasta.
Dia juga mengganti para pejabat di perusahaan minyak negara (PDVSA) dengan orang kepercayaannya. Untuk mempertahankan dukungan politik, Chavez memperluas program sosialnya.
Dia menggunakan penghasilan yang diperoleh dari kenaikan harga minyak untuk program sosial tersebut. Upah minimum meningkat tajam. Tingkat kemiskinan pun menurun. Indikator sosial lainnya, tingka buta huruf menurun. Namun, Chavez kesulitan mengendalikan gerakan politik oposisi.