Jumat 08 Mar 2013 06:32 WIB

Sultan Sulu: Saya Sultan Termiskin di Dunia (bagian 1)

Sultan Jamalul Kiram III
Foto: philstar.com
Sultan Jamalul Kiram III

Oleh Rr Laeny Sulistyawati

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah hampir sepekan ini, dunia dikejutkan dengan aksi baku tembak akibat sengketa wilayah Sabah, Malaysia antara Kesultanan Sulu, Filipina dengan pemerintah Malaysia. 

Nama Sultan Sulu Jamalul Kiram III (74 tahun) semakin sering terdengar dan disebut-sebut dalam media massa.

Siapakah Kiram? dia adalah sultan ke-33 dan pemimpin simbolis kesultanan Sulu dengan pengut di Sulu dan provinsi-provinsi selatan yang ada di dekatnya. Pria ini lahir di Kota Maimbung, Filipina pada tahun 1938.

Kiram menghabiskan masa mudanya dengan menari, menanyi, dan berolahraga. Olahraga yang menjadi kesukaannya yaitu tenis.

Dia pun pernah bekerja sebagai disc jockey (DJ) di sebuah stasiun radio Jolo. Kiram mengaku,saat itu dia juga sering bepergian ke Sabah,Malaysia. 

"Ketika saya di Sabah, saya merasa di rumah,"ujarnya. Istri Kiram, Fatima Celia mengatakan, suaminya mengambil pendidikan jurusan hukum pada era tahun 1960-an. 

"Tapi dia gagal menyelesaikannya karena (pada saat yag sama) dia bergabung dengan kelompok tari budaya," ujar Celia.

Dia juga mencalonkan diri menjadi senator pada 2007, yang mengklaim didukung oleh mantan Presiden Filipin Gloria Macapagal Arroyo. Kiram pun sudah menghabiskan biaya yang tidak sedikit untuk kampanye.

Dari saat itulah, episode kehidupan sulit Kiram dimulai. Kegagalannya menjadi senator membuat Kiram dan keluarganya terjerat utang lantaran Kiram meminjam uang terlalu banyak unuk kampanye.

Pada 2012 lalu, dia didiagnosis menderita gagal ginjal dan mulai menjalani perawatan. Bicaranya pun kini mulai cadel. Membengkaknya biaya perawatan menyebabkan anggota keluarganya tidak membayar sewa bulanan rumah mereka. 

Rumah Kiram pun dapat dibilang memprihatinkan. Berbeda dengan  anggota kerajaan yang identik hidup di istana megah dan gaya hidup yang mewah. "Saya sultan termiskin di dunia," kata Kiram. 

Kiram tinggal di desa Maharlika, Manila, Filipina. Desa ini merupakan wiayah permukiman komunitas Muslim yang miskin di Filipina.

Sejak Kiram sakit, sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat tidur, ditemani dengan dua tabung oksigen. Rumahnya juga beralih fungsi berfungsi sebagai kantor di mana dia bertemu pengunjung dan pengikunya untuk mencari segala macam bantuan.

sumber : AP/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement