Jumat 08 Mar 2013 18:57 WIB

Obama Tak Jamin Damaikan Palestina-Israel

Rep: Indah Wulandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga Palestina memprotes pemukiman Israel
Foto: AP/Majdi Mohammed
Warga Palestina memprotes pemukiman Israel

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengaku masih ragu menjadi mediator resmi perdamaian Israel dengan Palestina saat ia melakoni perjalanannya ke negeri jajahan itu pada bulan ini.

Obama memastikan itu saat menemui perwakilan pemimpin Yahudi Amerika di salah satu ruangan di Gedung Putih, Kamis (7/3).  Menurut salah satu sumber AP yang hadir dalam pertemuan, Obama menyatakan prospek melakukan mediasi damai Israel-Palestina kecil.

Namun, Obama berkata cara menstabilisasi keamanan Israel secara jangka panjang hanya dengan melakukan pendekatan dengan pemimpin Palestina. Dalam pertemuan itu, Obama menyatakan membicarakan kata perdamaian di momen saat ini masih terbilang prematur.

Soalnya menurut Obama Israel masih belum tuntas membentuk pemerintahannya. Di sisi lain, Obama berkeinginan selama enam bulan hingga setahun mendatang barulah kesempatan untuk mediasi damai bisa dicoba.

Pihak Gedung Putih hingga saat ini belum memastikan pada public tentang jadwal Obama ke Israel. Media Israel membocorkan dia akan datang pada 20 Maret mendatang selain ke Tepi Barat, dia berencana mengunjungi Yordania.

Kondisi politik Israel memang membutuhkan sokongan penuh selama rencana kunjungan Obama di Ramallah Tepi Barat. Lantaran kekuatan PM Israel, Benjamin Netanyahu pascapemilu Januari lalu melemah. Indikasinya terlihat dari upayanya membangun koalisi dalam pemerintahan dengan meminta perpanjangn waktu selama dua pekanm pada Presiden Israel, Shimon Peres.

Sebelumnya Obama pernah berencana membuka peluang mediasi damai Israel-Palestina pada 2011 lalu. Palestina menolak perundingan itu kecuali Israel mau menghentikan pembangunan rumah penampungan penduduk di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Netanyahu merasa syarat tersebut tidak logis. Ia tetap melanjutkan pembangunan meski mandat PBB mengakui negara Palestina secara de facto.

Pemimpin Badan Demokrasi Yahudi Nasional, Marc Stanley ikut hadir dalam pertemuan dengan Obama. Menurutnya, fokus perbincangan dengan pemimpin Israel seputar kondisi bangsa Yahudi, isu tentang Iran dan Suriah, serta proses perdamaian negara-negara.

Obama juga memastikan ingin bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Kepada para tokoh Yahudi, ia ingin menekan Abbas agar proses perdamaian bisa dibuka, meski bakal berjalan alot.

Sementara di pihak Israel, Obama ingin meyakinkan rakyat Israel tinggal di area rawan konflik karena berdekatan dengan Suriah dan Iran.  Negaranya bakal membantu diplomasi dengan Iran sekaligus memberi sanksi ekonomi serta bantuan militer buat Israel.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement