Sabtu 09 Mar 2013 16:48 WIB

Suu Kyi Serukan Liga Nasional Bersatu

Azyumardi Azra concerns over Myanmar pro-democracy leader Aung San Suu Kyi's silence over Rohingya case. (illustration)
Foto: Reuters/Soe Zeya Tun
Azyumardi Azra concerns over Myanmar pro-democracy leader Aung San Suu Kyi's silence over Rohingya case. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi pada Sabtu menyeru partainya bersatu saat kekhawatiran muncul atas pertikaian internal, yang dapat merusak usahanya untuk menang dalam pemilihan umum tahun 2015.

Saat berpidato pada kongres pertama partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Suu Kyi mendesak penghidupan kembali "semangat persaudaraan", yang dapat membangun landasan kuat selama pemerintah bertangan besi.

Tetapi ia mengaku "ada pergolakan" dalam tubuh partai, yang menurut para pengamat ditandai dengan kelompok tua dari para penasehat senior --veteran dari perjuangan demokrasi-- enggan memberikan jalan kepada generasi lebih muda.

"Kita harus menahan diri," kata peraih hadiah Nobel Perdamaian, yang diperkirakan akan terpilih kembali sebagai ketua partai Sabtu dan mendesak delegasi-delegasi tidak berjuang untuk meraih jabatan-jabatan."Semangat persaudaraan sangat penting. Kita telah kuat pada masa lalu karena semangat ini."

Kendatipun sangat populer di Myanmar beberapa pakar mempertanyakan apakah NLD siap untuk mengurus negara miskin yang sistem-sistem ekonomi, pendidikan dan kesehatan rusak oleh bekas junta yang korup.

Partai itu diperkirakan akan menang dalam pemilu tahun 2015, jika itu dilaksanakan secara bebas dan jujur.

Tetapi para pakar mengatakan partai itu harus terlebih dulu menyelesaikan perbedaan dalam tubuhnya ysng muncul kembali menjelang konferensi itu ketika empat anggotanya dilarang menghadiri pertemuan itu, menuduh mereka berusaha mempengaruhi pemungutan suara itu.

Ratusan delegasi, banyak yang menggunakan jaket partai NLD berwarna oranye, mendengar pidato Suu Kyi mengenai masalah kepemimpinan partai-- satu posisi yang kini dipegangnya-- dan mendesak delegasi-delegasi memilih seorang "pemimpin yang cocok dengan era ini, sesuai dengan negara ini dan partai".

Kongres itu adalah tanda terbaru dari perubahan-perubahan dramatis yang terjadi di Myanmar sejak pemerintah sipil yang dipimpin mantan jenderal Presiden Thein Sein berkuasa tahun 2011, mengakhiri puluhan tahun isolasi dan mendorong arus bantuan dan investasi.

Suu Kyi yang berusia 67 tahun tidak mengesamingkan untuk menjadi presiden, pada pemilu tahun 2015, tetapi satu peraturan konstitusi kini melarang dia memegang kedudukan itu karena ia menikah dengan seorang warga Inggris dan dua anak laki-lakinya berkewarganegaraan asing.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement