Senin 11 Mar 2013 20:43 WIB

Riset: Muslimah di Inggris Jadi Korban Utama Islamofobia

Rep: Agung Sasongko/ Red: Heri Ruslan
Islamofobia (ilustrasi)
Foto: Bosh Fawstin
Islamofobia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -— Serangan kekerasan yang menargetkan umat Islam di Inggris, lebih banyak memakan korban kalangan perempuan. Demikian hasil riset yang dipublikasikan Lembaga Anti Kekerasan terhadap Muslim (MAMA).

Disebutkan dalam riset tersebut disebutkan lebih dari 600 serangan terhadap Muslim terjadi sejak Maret 2012.  Itu termasuk, anak lima tahun yang ditabrak oleh pensiunan berusia 89 tahun dan peletakan daging babi dengan salib kayu oleh  pihak tak dikenal.

Namun, dari sekian banyak serangan yang terjadi, khususnya serangan fisik banyak menargetkan perempuan Muslim. Fiyaz Mughal, kordinator Mama, mengatakan apa yang menimpa kalangan perempuan Muslim merupakan wujud dari kegagalan aparat kepolisian untuk melindungi Muslim dari pelecehan.

“Anehnya, setiap insiden ini tidak menjadi berita utama, padahal efek dari insiden ini merugikan korban,” kata dia seperti dikutip Huttingtonpost, Senin (11/3).

Mughal mengatakan polisi perlu melakukan tugasnya dengan baik. Sebab, polisi perlu memikirkan apa dampak dari kejadian ini.

“Mereka tidak perlu repot untuk merekam, tapi kami butuh perhatian bagaimana menangani ketakutan atau merasa terlindungi,” kata dia.

Terkait soal provokasi online, Mughal meminta pemerintah untuk lebih melakukan pengawasan yang ketat. Pasalnya, provokasi itu memiliki dampak langsung terhadap masyarakat.

“Lihatlah apa yang dilakukan pers dan blogger,” kata dia.

Direktur Forum Kristen-Muslim, Julian Bond, menilai masalah ini menandakan masih ada pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan. Pekerjaan rumah ini bukan tanggung jawab Muslimsaja tetapi juga umat Kristen.

Sebelumnya, Menteri Urusan Keutuhan Masyarakat Inggris, Baroness Warsi mengatakan setiap masjid telah menjalankan tugasnya terkait penanganan Islamofobia.

"Saya percaya masjid bisa memainkan peranan penting dalam membantu parakorban guna meyakini serangan tersebut akan ditangani dengan serius," kata dia.

Warsi menambahkan setiap kasus dapat ditangani apabila ada data yang jelas dan akurat. Baginya, statistik adalah langkah pertama yang penting guna mengatasi masalah ini.

Melalui data itu instansi terkait akan lebih efektif dan efisien dalam bekerja. Data yang dihimpun Hepline, organisasi yang didanai pemerintah untuk mengurusimasalah serangan rasial mencatat lebih dari 500 insiden serangan Islamofobiaterjadi di Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement