Kamis 14 Mar 2013 23:08 WIB

'Jika Tembok Israel Dibiarkan, Palestina Akan Hancur'

Rep: Hannan Putra/ Red: Djibril Muhammad
Permukiman Yahudi Pisgat Zeev di Yerusalem timur terlihat di belakang bagian dari tembok pemisah Israel
Foto: AP Photo
Permukiman Yahudi Pisgat Zeev di Yerusalem timur terlihat di belakang bagian dari tembok pemisah Israel

REPUBLIKA.CO.ID, BETHLEHEM — Salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi Palestina adalah bangunan tembok yang memagari beberapa wilayah Palestina.

Dalam laporan Direktur Bank Dunia, Mariam Sherman, Selasa (12/3) kemarin dinyatakan upaya Israel dalam membangun tembok yang memisahkan wilayah-wilayah Palestina telah menimbulkan kerusakan permanen pada perekonomian rakyat Palestina.

Laporan yang berjudul 'Tantangan Ekonomi dan Keuangan Palestina” itu dirilis menjelang Rapat Komite Ad Hoc (AHLC) yang akan diselenggarakan di Brussels, Belgia pada 19 Maret mendatang.

"Penutupan dan pembatasan wilayah-wilayah itu menyebabkan kerusakan permanen pada daya saing perekonomian rakyat Palestina. Mereka kesulitan mendapatkan akses untuk bisa ke luar dari wilayahnya, demikian juga dengan pedagang dan investor kesulitan untuk bisa masuk ke wilayah Palestina," bunyi laporan tersebut seperti dikutip dari situs berita berbahasa Arab, www.wafa.ps, Kamis (14/3).

Produktifitas pertanian Palestina terus menurun disebabkan ladang-ladang petani Palestina dipisahkan tembok Israel. Mereka harus melewati pos pemeriksaan yang ketat untuk ke kebun dan menjual hasil kebun mereka. Hal itu sudah berlangsung sejak akhir tahun 90-an.

"Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, maka Palestina akan mengalami kehancuran ekonomi dan politik," papar Sherman dalam laporannya.

Ekspor hasil pertanian Palestina hanya terkonsentrasi untuk keperluan-keperluan dalam negeri Israel. Ekspor tersebut terus turun hingga pada 2011 mencapai angka paling rendah di dunia yaitu turun menjadi 7 persen saja.

Selain itu, sarana pengairan dan infrastruktur transportasi juga menjadi suatu kendala yang berdampak langsung pada  produktivitas pertanian. Minimnya anggaran pembangunan infrastruktur menjadikan Gaza sebagai daerah yang paling parah kerusakannya diantara seluruh wilayah Palestina sejak tahun 2007 silam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement