REPUBLIKA.CO.ID, BETHLEHEM — Salah satu penghambat pertumbuhan ekonomi Palestina adalah bangunan tembok yang memagari beberapa wilayah Palestina.
Dalam laporan Direktur Bank Dunia, Mariam Sherman, Selasa (12/3) kemarin dinyatakan upaya Israel dalam membangun tembok yang memisahkan wilayah-wilayah Palestina telah menimbulkan kerusakan permanen pada perekonomian rakyat Palestina.
Laporan yang berjudul 'Tantangan Ekonomi dan Keuangan Palestina” itu dirilis menjelang Rapat Komite Ad Hoc (AHLC) yang akan diselenggarakan di Brussels, Belgia pada 19 Maret mendatang.
"Penutupan dan pembatasan wilayah-wilayah itu menyebabkan kerusakan permanen pada daya saing perekonomian rakyat Palestina. Mereka kesulitan mendapatkan akses untuk bisa ke luar dari wilayahnya, demikian juga dengan pedagang dan investor kesulitan untuk bisa masuk ke wilayah Palestina," bunyi laporan tersebut seperti dikutip dari situs berita berbahasa Arab, www.wafa.ps, Kamis (14/3).
Produktifitas pertanian Palestina terus menurun disebabkan ladang-ladang petani Palestina dipisahkan tembok Israel. Mereka harus melewati pos pemeriksaan yang ketat untuk ke kebun dan menjual hasil kebun mereka. Hal itu sudah berlangsung sejak akhir tahun 90-an.
"Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus, maka Palestina akan mengalami kehancuran ekonomi dan politik," papar Sherman dalam laporannya.
Ekspor hasil pertanian Palestina hanya terkonsentrasi untuk keperluan-keperluan dalam negeri Israel. Ekspor tersebut terus turun hingga pada 2011 mencapai angka paling rendah di dunia yaitu turun menjadi 7 persen saja.
Selain itu, sarana pengairan dan infrastruktur transportasi juga menjadi suatu kendala yang berdampak langsung pada produktivitas pertanian. Minimnya anggaran pembangunan infrastruktur menjadikan Gaza sebagai daerah yang paling parah kerusakannya diantara seluruh wilayah Palestina sejak tahun 2007 silam.