Sabtu 16 Mar 2013 01:07 WIB

UE Didesak Bahas Embargo Senjata Oposisi Suriah

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)
Foto: UWORKERS
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Prancis dan Inggris desak Uni Eropa (UE) membahas dicabutnya embargo senjata sehingga memungkinkan memasok senjata untuk oposisi Suriah. Para pemimpin Prancis dan Inggris mencoba mendorong negara anggota UE yang lain untuk menyetujui mencabut embargo senjata di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Brussels yang diselenggarakan Kamis (14/3) dan Jumat (15/3).

Presiden Prancis, Francois Hollande, dan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, pada hari ini diharapkan untuk mengangkat isu embargo senjata di pembicaraan Brussels, meskipun Suriah bukanlah agenda formal. Pada Kamis, Hollande mengatakan bahwa Paris siap untuk mendukung oposisi. Tapi Hollande menekankan bahwa tujuannya bukan untuk perang total.

‘’Kita tidak bisa membiarkan pembantaian orang-orang di satu rezim yang saat ini tidak menginginkan transisi politik,’’ ujarnya seperti dikutip dari BBC News, Jumat (15/3). Dia menjelaskan, pandangan Prancis adalah senjata sedang dikirim ke Suriah khususnya dari Rusia, tapi itu untuk rezim presiden Suriah Bashar al-Assad.

Seorang pejabat Inggris mengatakan ada penyimpangan tentang embargo senjata. ‘’Embargo tidak menghentikan orang-orang membantu Assad, tapi itu menghentikan mereka yang ingin membantu oposisi,’’ kata pejabat itu.

Inggris mengindikasikan mungkin memveto pemungutan suara mendatang mengenai memperpanjang embargo senjata yang jatuh tempo pada Mei mendatang. Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan bahwa Inggris mungkin harus melakukan hal-hal dengan cara sendiri.

Pandangan Prancis yang juga dimiliki oleh Inggris adalah bahwa Rusia dan Iran mempersenjatai pasukan rezim Assad. Jadi menyediakan senjata kepada oposisi adalah satu-satunya cara untuk menekan rezim Assad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement