REPUBLIKA.CO.ID, -- Sebuah film di Mesir menuai kritikan. Film dikritik karena ditayangkan tidak melalui persetujuan sensor lebih dulu.
Film tersebut diproduksi sebuah perusahaan bernama "Renaissance Cinema" yang disinyalir memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin. Para kritikus banyak yang menentang bahkan melarang film berjudul "Al-Taqreer" tersebut ditayangkan.
Sutradara film, Ezzeddine Douiader mengatakan, kru film diserang secara verbal oleh orang yang menolak perilisan film. Bahkan mereka diancam dengan mengatakan akan membawa masalah tersebut ke pengadilan. Mereka diancam dengan tuduhan menyiarkan film tanpa melalui sensor, seperti dikutip dari al-arabiya, Senin (18/3).
"Al-Taqreer" rencananya akan dirilis dalam beberapa hari ke depan.
Dalam pernyataannya, Douiader mengatakan, film tersebut tidak perlu mendapat persetujuan sensor karena "Al-Taqreer" merupakan film independen yang tidak mengincar keuntungan.
"Ratusan film independen baik yang pendek ataupun panjang tidak melewati biro sensor, namun mereka masih dirilis (di bioskop)," kata Douiader.
Pada Juli 2012 silam, Ikhwanul Muslimin juga pernah membuat satu film pendek.
Film dibuat sebagai penyeimbang budaya Mesir yang sudah kacau. Film yang dibuat oleh gerakan muda Ikhwanul Muslimin itu juga dibuat untuk menghilangkan pandangan buruk warga terhadap Ikhwanul Muslimin.
Film berjudul "Sinema Ikhwan" itu diunggah ke situs YouTube dan mendapat sambutan baik.