REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri terpilih Cina, Li Keqiang meminta Amerika Serikat dan negaranya mengakhiri tuduhan tidak berdasar mengenai peretasan sistem komputer kedua negara.
Berbicara dalam pertemuan tahunan parlemen, Li mengatakan serangan cyber merupakan masalah global. Menurut Li, dalam beberapa kesempatan Cina juga menjadi korban dan sasaran utama para peretas.
Pernyataan Li menyusul sejumlah klaim surat kabar AS, termasuk pernyataan Twitter dan Google yang menyebut sistem keamanan mereka telah diserang. Penyerangan diduga berasal dari Beijing.
Bulan lalu, surat kabar Washington Post juga mengaku diserang peretas. Surat kabar New York Times dan Wall Street Journal pun tak luput dari serangan serupa.
Klaim tersebut mengatakan peretas yang didukung otoritas militer Cina menyusup ke dalam sistem komputer surat kabar untuk memata-matai jurnalis yang menulis tentang Cina. Tujuannya mengetahui asal sumber dan informasi.
Firma keamanan cyber Mandiant yang menangani klien, termasuk Washington Post mengklaim mempunyai bukti peretas dari Cina menargetkan 30 wartawan media Barat. Para hacker mencuri email, kontak dan file yang sedang dikerjakan.
Bulan lalu, Twitter mengatakan 250 ribu akunnya telah dibajak. Direktur Keamanan Informasi Twitter Bob Lord mengatakan penyerangan tersebut bukan pekerjaan amatiran.
Direktur Eksekutif Google Eric Schmidt justru lebih berani. Ia menuduh Cina dalang di balik sejumlah peretasan keamanan komputer. Schmidt menyebut hacker Cina paling canggih dan produktif.
"Saya pikir kita tidak seharusnya membuat tuduhan tanpa dasar satu sama lain dan mulai melakukan tindakan nyata yang berkontribusi pada keamanan cyber," kata Li, seperti disadur dari Guardian, Ahad (17/3).
Bendahara Negara AS Jack Lew akan mengunjungi Cina pekan ini. Isu peretasan ini juga termasuk dalam agendanya.