REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) dan Cina sedang berada dalam satu wadah kepentingan yang sama di Asia Pasifik. Pengaruh keduanya di kawasan membuat Rusia seolah tidak ada tempat, dan tertinggal di wilayah bumi bagian selatan ini.
Tidak ingin teringgal, Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin, mulai mengubah arah kebijakan luar negerinya untuk lebih akrab dengan negara-negara di kawasan ini. Perubahan kebijakan itu disetujui saat 15 Februari 2013 di Kremlin, di ibu kota, Moskow. Kementerian Luar Negeri Rusia, mengutus mantan Direktur Departemen Asia, Mikhail Yurievich Galuzin, menjadi Duta Luar Biasa Rusia untuk Indonesia.
Dia juga menjadi Perwakilan Tetap Federasi Rusia di Organisasi Negara Asia Tenggara (ASEAN). Mantan Konselor Rusia di Jepang ini diterima Pemerintah Indonesia, Oktober 2012. Dalam wawancara di Jakarta, Selasa (19/3), Galuzin mengatakan bahwa negara-negara di Asia Pasifik jadi arus utama kemajuan dunia. "Untuk itu kami mengubah banyak kebijakan luar negeri terkait situasi di kawasan ini. Banyak kerja sama strategis yang sudah dan akan terus dilancarkan."
Dia mencontohkan, kerja sama keamanan dan pembangunan antara Rusia dan Indonesia. Kerja sama tersebut semakin meningkat di berbagai bidang. Meski demikian, Rusia tidak mungkin menghalangi hubungan internasional negara-negara lain di kawasan. Langkah baru Rusia di kawasan tidak dalam posisi membendung pengaruh AS dan Cina ataupun negara-negara lain.
"Kami hanya ingin menjalin hubungan baik, termasuk juga dengan AS. Sebenarnya, Rusia lebih awal mendekatkan diri ke Asia Pasifik. Justru Rusia yang membantu negara-negara besar lain, seperti AS untuk mendekatkan diri ke kawasan ini," jelasnya.