REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan PBB Urusan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan terjadi penurunan jumlah kematian akibat Tuberkulosis (TB) di kawasan Asia Tenggara secara signifikan yaitu hingga 40 persen dalam 13 tahun terakhir sejak 1990.
Keberhasilan ini antara lain disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap TB, semakin banyak kasus TB yang dapat dideteksi dan semakin banyak orang yang memiliki akses pengobatan yang memadai, kata Regional Director WHO kawasan Asia Tenggara (SEARO) Samlee Plianbangchang dalam pernyataannya yang diterima di Jakarta, Kamis (21/3).
Hari TB sedunia diperingati tiap tanggal 24 Maret dan untuk peringatan tahun 2013, WHO SEARO menyerukan kepada negara anggotanya untuk menghentikan TB di Asia Tenggara DAN menghentikan kematian akibat TB, serta menghentikan penularan.
"Untuk sukses mengeliminasi TB, kita harus memberi perhatian kepada penyebab penyebaran penyakit itu di masyarakat seperti kemiskinan, sanitasi lingkungan dan nutrisi," kata Plianbangchang. Selain itu, dia menambahkan, masih diperlukan untuk mengembangkan layanan kesehatan kepada masyarakat dimana deteksi TB dan keberadaan fasilitas kesehatan harus dapat diakses dan terjangkau bagi masyarakat terpencil.
WHO mencatat lebih dari 88 persen pasien TB yang terdeteksi telah berhasil dirawat dengan lima negara memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang lebih tinggi, yaitu Bangladesh (92 persen), Bhutan (90 persen), Republik Korea (90 persen), Indonesia (90 persen) dan Nepal (90 persen).