Jumat 22 Mar 2013 18:47 WIB

Obama Ingin Perdamaian Palestina Tanpa Syarat

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (kiri) dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Ramallah.
Foto: Reuters/Jason Reed
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (kiri) dalam jumpa pers bersama dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas di Ramallah.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, menegaskan bahwa perdamaian antara Palestina dan Israel memiliki kemungkinan, tapi harus dilakukan tanpa syarat.

Di hari keduanya berkunjung di Timur Tengah, Kamis (21/3), Obama menawarkan rencana baru membuka kembali pembicaraan damai. Tapi dia mendesak kedua belah pihak untuk memiliki pola pikir baru tentang konflik dan berupaya keluar dari cara atau kebiasaan yang tidak banyak memiliki kemajuan.

‘’Saya tidak mengatakan menjaminnya. Saya bahkan tidak bisa mengatakan bahwa itu memungkinkan (damai),’’ ujarnya.

Perselisihan antara Israel dan Palestina tetap sama selama bertahun-tahun, dan termasuk menentukan status Yerusalem, perbatasan, dan menyelesaikan masalah pengungsi. Obama beranggapan bahwa kegiatan permukiman kontraproduktif dengan penyebab perdamaian. Namun, dia tidak menuntut supaya konstruksi permukiman Israel harus berhenti.

Sebaliknya, Obama mendesak Palestina untuk berhenti mensyaratkan Israel menghentikan pembangunan permukiman sebagai alasan untuk menghindari pembicaraan damai. ‘’Jika berharap bahwa kita dapat bernegosiasi langsung ketika semuanya diselesaikan terlebih dahulu, maka tidak ada gunanya untuk negosiasi,’’ kata Obama dalam konferensi pers bersama dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah.

Warga Palestina sangat marah atas permukiman Israel di wilayah yang disengketakan, dan kelanjutan pembangunan Israel juga menjadi kecaman dari negara-negara lain. Untuk itu Abbas menegaskan, Palestina tidak akan berdamai dengan Israel selama negeri Zionis itu tetap membangun permukiman.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement