Ahad 24 Mar 2013 10:25 WIB

Gagal Tangani Siprus, Uni Eropa Terancam Sanksi Rusia

Rep: Nur Aini/ Red: Fernan Rahadi
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)
Foto: UWORKERS
Bendera negara anggota Uni Eropa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NICOSIA -- Krisis ekonomi di Siprus menimbulkan kekhawatiran Rusia akan membekukan sejumlah investasi Uni Eropa. Hal ini karena pemberlakuan retribusi tabungan di Siprus akan berdampak pada nasabah yang kebanyakan dari Rusia.

Retribusi rencananya mencapai 25 persen untuk tabungan lebih dari 100 ribu euro di bank Siprus akan diberlakukan sebagai dana talangan bagi perbankan. Menteri Keuangan Siprus, Michalis Sarris mengatakan ada kemajuan signifikan yang dibuat pada rencana retribusi terbaru dalam pembicaraan dengan pejabat Uni Eropa, Bank Sentral Eropa, dan IMF.

Pemerintah di Nicosia memiliki tenggat waktu hingga Senin (25/3) untuk mencapai kesepakatan. Jika tidak ada kesepakatan, Bank Sentral Eropa akan memotong aliran dana tunai ke Siprus yang mengancam meruntuhkan sistem perbankan. Siprus juga terancam keluar dari zona Euro.

Di sisi lain, investor Rusia diperkirakan memiliki 30 miliar euro yang disimpan di bank Siprus. Jika tidak ada kesepakatan dengan Uni Eropa, Moskow dikhawatirkan memberi sanksi atas kerugian yang dialaminya. "Jika ada retribusi 25 persen pada deposito yang nilainya lebih dari 100 ribu Euro, sejumlah warga Rusia akan menerima akibatnya, " ujar mantan penasehat Kremlin Rusia, Alexander Nekrassov dilansir Huffingtonpost.

Moskow dikhawatirkan memberi sanksi Uni Eropa dengan membekukan aset. Ada sejumlah perusahaan besar Jerman yang beroperasi di Rusia. "Mungkin bisa ada pembekuan aset. Karena itu, Kremlin menunggu dan melihat kebijakan apa yang akan diambil Siprus, " ujarnya.

Nekrassov menilai Rusia kemungkinan tidak akan memotong pasokan gas ke Uni Eropa. "Gas tidak lagi jadi senjata, " ujarnya. Menurutnya, Rusia akan kehilangan pasar gas dalam 20 tahun mendatang jika memotong pasokan ke Uni Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement