REPUBLIKA.CO.ID, Pemerintah Myanmar memberlakukan jam malam menyusul serangan kepada umat Muslim meluas hingga mendekati Rangoon.
Masjid dan bangunan warga Muslim diserang umat Budha di kota dari Rangoon ke Pyai, sekitar 200 kilometer di utara negara tersebut. Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan warganya untuk menghindari perjalanan ke Myanmar karena adanya kekerasan yang mulai sejak sepekan lalu.
Status darurat diberlakukan di pusat kota Meiktila dimana korban tewas dilaporkan mencapai 40 orang. Tentara membersihkan puing-puing bangunan yang dibakar massa. Mereka menemukan delapan korban tewas dari puing tersebut.
Di wilayah Bago, utara Rangoon, televisi setempat melaporkan masjid, toko, dan rumah dihancurkan. Warga negara dari luar ibukota mengataka mereka tidak merasa aman.
"Situasi membaik dari hari sebelumnya tapi kami tidak bisa tidur sepanjang malam. Orang masih takut bangunan dibakar karena tidak ada petugas pengamanan di setiap tempat, " kata seorang penganut Budha dilansir BBC.
Seorang Muslim juga mengaku tidak dapat kembali ke rumah. Petugas keamanan hanya berada di jalan utama. " Tidak ada serangan yang merusak rumah, hanya ada penjarah yang mengambil barang dari bangunan terbakar," ujarnya.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Senin (26/3), Keduataan AS di Rangoon memperingatkan warganya untuk menghindari wilayah Mandalay karena peningkatan kekerasan. Masjid dan rumah di kota dekat Meiktila, Oh the Kone, Tatkone, dan Yamenthin juga diserang.
Hingga kini tidak jelas siapa dibalik aksi kekerasan tersebut. Rincian korban juga tidak jelas. Kekerasan dilaporkan terjadi setelah ada debat di toko emas di Meiktila pada Rabu pekan lalu. Sedikitnya 12 ribu warga muslim harus meninggalkan rumah mereka sejak itu.