Sabtu 30 Mar 2013 18:15 WIB

Motif Balas Dendam Penyebab Kerusuhan di Myanmar

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Citra Listya Rini
Muslim Myanmar mendapat diskriminasi di negaranya
Muslim Myanmar mendapat diskriminasi di negaranya

REPUBLIKA.CO.ID, LETPADAN -- Kerusuhan sektarian yang terjadi di Myanmar bagian tengah ternyata disebabkan karena kejadian yang berjarak ribuan kilometer dari Myanmar dan sudah terjadi puluhan tahun silam.

Hal ini dikonfirmasi oleh salah satu kepala biara yang memimpin protes terhadap keberadaan kaum muslim di Myanmar.

Adalah pengrusakan patung-patung Budha yang dilakukan oleh Taliban di Provinsi Bamiyan, Afghanistan pada 2001 silam yang menjadi alasan para penganut Budha garis keras melakukan serangan ke kaum Muslim.

''Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cara hidup mereka. Tapi, mereka adalah minoritas dan kami mayoritas, dan saat minoritas menghina agama kami. Maka, hal itu menjadi perhatian kami,'' kata Khamainda, salah satu Kepala Biara di Letpadan seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/3). 

Selain itu, ia juga mengaku mendapat kabar dari biksu lainnya, telah terjadi pertikaian antara muslim dan penganut agama Budha di kota lain. Itulah alasan Khamainda memilih turun ke jalan dan menyerukan protes terhadap keberadaan warga muslim. 

Beruntung, polisi mampu menghalau massa, sehingga kerusuhan di Letpadan tidak terjadi lebih parah. Kendati begitu, sejumlah warga tetap mengungkapkan kekhawatirannya.  

''Kami yakin, mereka akan kembali lagi dan akan berusaha menghancurkan masjid. Kami tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya,'' kata Aung San Kyaw (35 tahun), muslim yang tinggal di Letpadan.

Keresahan juga dirasakan oleh penganut Budha. Hla Tan (67), penganut Budha. ''Selama ini kami bisa hidup secara  berdampingan. Tidak akan ada yang terjadi antara kami, kecuali ada pengaruh dari luar.'' ujarnya.

Kondisi berbeda terjadi di Minhla, arah utara Letpadan. Kota penghasil produk pertanian itu didera kerusuhan sektarian selama tiga jam pada Rabu (27/3) dan Kamis (28/3) lalu. Sebanyak 300 orang dari desa Ye Kyaw, mendatangi Minhla. 

Jumlah massa bertambah menjadi 800 saat beberapa kelompok dari Minhla bergabung. Mereka merusak tiga masjid, 17 rumah dan toko. Secara keseluruhan ada sekitar 100 ribu pemeluk agama islam di Minhla. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement