Sabtu 30 Mar 2013 22:10 WIB

Etnis Muslim Diserang Kelompok Ekstremis, Ini Janji Presiden Myanmar

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Heri Ruslan
 Anak-anak muslim mengambil air di sebuah kamp pengungsi bagi mereka yang terlantar akibat aksi kekerasan awal tahun ini luar Sittwe,  Myanmar,  Selasa (30/10).   (Soe Zeya Tun/Reuters)
Anak-anak muslim mengambil air di sebuah kamp pengungsi bagi mereka yang terlantar akibat aksi kekerasan awal tahun ini luar Sittwe, Myanmar, Selasa (30/10). (Soe Zeya Tun/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID,  YANGON -- Kerusuhan sektarian yang terjadi di Myanmar bagian Tengah sejak pekan lalu membuat nyaris sekitar 13 ribu orang kehilangan rumah tinggal dan 68 ditangkap oleh pihak berwenang.

 

Presiden Myanmar, Thein Shien, berjanji bakal menindak tegas pelaku kerusuhan.

 

''Kami tidak akan ragu menggunakan kekuatan sebagai pilihan terakhir untuk melindungi nyawa warga dan melindungi properti yang menjadi milik publik,'' ujar Thein Sien disiarkan lewat saluran televisi nasional Myanmar, seperti dikutip Reuters, Sabtu (30/3).

 

Dalam kesempatan yang sama, mantan Perdana Menteri tersebut itu juga memperingatkan kepada para politisi memanfaatkan kondisi ini. Selain itu, dia juga meminta anggota ekstremis keagamaan untuk tidak melanjutkan aksi-aksi kekerasan itu.

 

Konflik sektarian di Myanmar bagian Tengah sudah terjadi sejak 20 Maret silam. Sebanyak 42 orang terbunuh di Kota Meikhtila. Tidak selesai sampai disitu, penyerangan terhadap kaum minoritas muslim Myanmar merembet ke 10 kota dan desa di sekitar Myanmar Tengah.

 

Bahkan, peristiwa terakhir terjadi dekat dengan Ibu Kota Myanmar, Yangon, yang bisa ditempuh dengan berkendara selama dua jam. Alhasil, di sejumlah area di wilayah Negara Bagian Bago, yang berbatasan langsung dengan Yangon, mesti diterapkan jam malam. Selain itu, empat kota diantaranya dinyatakan dalam kondisi bahaya.

 

Sementara di wilayah Letpadan, Polisi meningkatkan intensitas patroli di desa yang didiami oleh kurang lebih 22 ribu orang dan berjarak sekirat 160 kilometer (km) dari Yangon. Mereka sempat menghalau 30 orang yang ingin merusak masjid. Kebanyakan dari mereka membawa tongkat dan pisau. Dalam insiden itu mereka menangkap dua orang, namun terpaksa dilepaskan. Pasalnya, pemerintah daerah setempat meminta mereka untuk dilepaskan.

 

''Kami tidak akan membiarkan hal ini terjadi lagi. Presiden telah memberikan kuasa penuh kepada kami untuk mengatasi situasi,'' kata Kepala Polisi Letpadan, Phone Myint.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement