Ahad 31 Mar 2013 07:04 WIB

Saudi Kirim 80 Ribu Ton Bantuan untuk Pengungsi Suriah

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Djibril Muhammad
Seorang wanita pengungsi Suriah bersama cucunya di sebuah kamp pengungsi di desa Azaz dekat perbatasan dengan Turki,Ahad (30/9).
Foto: Manu Brabo/AP
Seorang wanita pengungsi Suriah bersama cucunya di sebuah kamp pengungsi di desa Azaz dekat perbatasan dengan Turki,Ahad (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Arab Saudi telah mengirimkan 80 ribu ton bantuan untuk pengungsi Suriah di dekat perbatasan Turki, Sabtu (30/3).

"Ini bukan kampanye pertama kami untuk membantu pengungsi Suriah. Kami terus bekerja di proyek-proyek untuk membantu pengungsi Suriah di Yordania, dan Lebanon," kata koordinator bidang kampanye bantuan Arab Saudi, Buraima Al-Tuaifi seperti dikutip dari Al Arabiya, Ahad (31/3).

Kampanye itu juga bekerja sama dengan kelompok-kelompok bantuan di dalam wilayah Suriah. Kemudian, bantuan yang diberikan termasuk berbagai jenis makanan, pembangkit listrik karena musim panas akan datang, dan peralatan dapur lain-lain yang dibutuhkan.

Kargo bantuan pertama resmi berangkat dari Riyadh, Arab Saudi, dan melewati pelabuhan Kota Jeddah di dekat Laut Merah. Kemudian bantuan menuju ke Turki melalui Mediterania. Pemberian kampanye bantuan itu sendiri diawasi dan dipimpin Pangeran Turki bin Talal bin Abdulaziz.

Penyelenggara kampanye mengaku, bantuan tersebut telah diterima para pengungsi di kamp Atmeh dekat perbatasan Turki.

Sementara itu, kepala badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres memperingatkan jika pengungsi Suriah terus bertambah, maka jumlah pengungsi Suriah saat ini dapat meningkat hingga sampai dua atau tiga kali pada akhir tahun 2013.

Organisasi pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan, lebih dari 400 ribu pengungsi Suriah telah meninggalkan Suriah sejak 1 Januari 2013. "Sekitar setengah (dari jumlah) pengungsi adalah anak-anak. Sebagian besar dari mereka berusia di bawah 11 tahun," lapor UNHCR. 

PBB melaporkan, sekitar 70 ribu orang diperkirakan tewas sejak konflik Suriah dimulai pada Maret 2011 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement