REPUBLIKA.CO.ID, GAO, MALI -- Pasukan Prancis di Mali pada Sabtu mulai menyerahkan tujuh ton senjata yang disita dari pangkalan jihad di pegunungan Ifoghas tinur laut kepada pasukan pemerintah.
Tentara Mali mengambil pengiriman kelompok pertama sekitar tiga ton di pangkalan utama militer Prancis di Gao, kota terbesar di bagian utara negara yang diduduki kelompok gerilyawan selama sembilan bulan.
"Hanya 15 sampai 20 persen dari apa yang telah ditemukan sedang diserahkan dan dapat dengan aman untuk digunakan kembali," kata seorang letnan kolonel dari korps rekayasa Prancis kepada AFP di Gao. "Sisanya dihancurkan di tempat untuk menghindari ekspos penduduk sipil mengalami kecelakaan," katanya lagi.
Menurut sumber-sumber militer Prancis, total tujuh ton senjata yang ditemukan dari gudang-gudang selama operasi oleh pasukan Prancis dan Chad pada akhir pekan dan akan diserahkan kembali kepada Mali.
Prancis meluncurkan kejutan intervensi militer pada 11 Januari untuk membantu Pemerintah Mali merebut kembali wilayah utara negara itu dari kelompok yang berkaitan dengan Al Qauda yang mengendalikan wilayah itu sejak April 2012.
Kelompok jihad dengan cepat menarik diri dari kota-kota utama di utara dan bergabung kembali di benteng terpencil mereka di gunung dekat perbatasan Aljazair.
Para pemberontak mengambil alih hampir separoh Mali utara tanpa perlawanan setahun yang lalu, dan merebut pangkalan militer Mali serta juga peralatan militer.
Runtuhnya orang kuat Libya Moamer Gaddafi pada akhir 2011 juga telah menyebarkan senjata arsenalnya di seluruh wilayah Sahel yang bergolak.
Sumber-sumber militer Prancis mengatakan sebagian besar peralatan diserahkan pada Sabtu yang terdiri amunisi, peluru mortir, granat dan roket yang dijarah dari pangkalan tentara Mali.