REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara, Selasa (2/4), mneyatakan akan mengaktifkan kembali reaktor nuklir yang telah ditutup pada 2007. Pengaktifan dan juga pengayaan untuk uranium tersebut kemungkinan akan dilakukan saat terjadi ketegangan militer di Korea Utara.
Juru bicara dari lembaga energi nuklir Korea Utara menyatakan akan dilakukan 'penyesuaian' dan pengaktifan semua fasilitas di area energi nuklir terbesar Yongbyon. Itu termasuk pengayaan uranium dan reaktor lima megawatt.
Korea Utara menutup reaktor Yongbyon pada Juli 2007 karena terjadinya kesepakatan enam negara mengenai pelucutan senjata. Kemudian musim panas yang terjadi setelahnya menghancurkan menara pendingin di reaktor itu.
Reaktor itu adalah sumber plutonium untuk Korea Utara dalam menciptakan senjata atom. Persediaan plutonium itu diyakini dapat membuat empat hingga delapan bom.
Korea Utara mengungkapkan telah memperkaya kandungan uranium di Yongbon pada 2010 ketika seorang ahli asing datang untuk melihat fasilitas mesin pemisah pada reaktor itu. Hal ini menunjukan bahwa pengayaan dilakukan dengan tingkat yang rendah untuk kepentingan energi.
Pernyataan "penyesuaian" oleh juru bicara lembaga energi tersebut akan memicu kekhawatiran lokasi itu akan jadi tempat produksi senjata uranium. Banyak pengamat percaya Korea Utara telah memperkaya uranium
di fasilitas rahasia selama bertahun-tahun.
Uji coba nuklir ketiga yang dilakukan pada Februari lalu diyakini sebenarnya dari sebuah bom uranium.