Rabu 03 Apr 2013 17:43 WIB

Pemuda Negara Ini Pilih Syariat Islam Dibanding Demokrasi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Heri Ruslan
Aksi unjuk rasa memprotes film anti Islam di Islamabad, Pakistan.
Foto: Akhtar Soomro/Reuters
Aksi unjuk rasa memprotes film anti Islam di Islamabad, Pakistan.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Hasil survei British Council menunjukkan, pemuda Pakistan lebih memilih hukum Islam dibandingkan dengan demokrasi.

Lebih dari separuh dari 5.000 responden berusia 18-29 tahun yang disurvei mengatakan, demokrasi Pakistan tidak baik. Selain itu, 94 persen mengaku Pakistan ke arah yang salah.

Ketika responden diminta untuk memilih sistem politik terbaik, mereka menyukai dan memilih Syariat Islam dan pemerintahan militer dibandingkan dengan demokrasi.

’’Generasi yang disurvei merasa pesimis, kecewa dengan demokrasi setelah lima tahun pemerintahan sipil,’’ kata wartawan BBC News di Islamabad, Pakistan seperti dikutip dari BBC News, Rabu (3/4).

Sebagian besar dari mereka yang disurvei merasa lebih percaya pada tentara daripada lembaga lainnya. Rinciannya, responden yang menyetujui militer memerintah Pakistan sebesar 70 persen, dibandingkan dengan mereka yang menyetujui jika pemerintah berkuasa hanya sebesar 13 persen.

Seperempat responden mengatakan, mereka secara langsung terpengaruh oleh kekerasan, atau telah menyaksikan peristiwa kekerasan yang serius. Angka itu meningkat menjadi lebih dari 60 persen di daerah-daerah suku yang berbatasan dengan Afghanistan.

Perhatian sebagian besar terpusat pada kenaikan harga, bukan terorisme. Hampir 70 persen responden mengatakan, (kenaikan harga) sekarang ini lebih buruk daripada lima tahun yang lalu.

Sementara itu, banyak kaum muda Pakistan yang terdaftar sebagai pemilih dalam pemilihan umum (pemilu) Pakistan Mei 2013 mendatang. Tapi kurang dari setengah responden mereka yakin mereka akan melakukannya (memberikan suara).

Hampir sepertiga dari pemilih yang terdaftar di Pakistan berusia dibawah 30 tahun, dan diperkirakan akan memainkan peran besar dalam pemilu Pakistan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement