REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Pemerintah Cina mengonfirmasi dua temuan baru kasus flu burung setelah virus tersebut melanda bagian timur negara baru-baru ini. Sedikitnya sudah ada 18 kasus infeksi H7N9 yang ditemukan di negara itu.
BBC melaporkan, enam orang tewas dalam kasus flu burung di Cina. World Health Organization (WHO) mengatakan ada delapan kasus parah yang ditemukan. Sebagai respon kasus tersebut, Otoritas Cina memperpanjang larangan penjualan unggas di kota Nanjing setelah menutup pasar di Shanghai.
Otoritas juga memusnahkan puluhan ribu burung di dua pasar unggas di Shanghai. Pasar tersebut merupakan asal mula virus ditemukan. Otoritas lokal di Nanjing mengatakan, virus telah dideteksi di pasar unggas. Larangan penjualan dilakukan untuk mencegah penularan. Burung di Cina biasanya dijual dalam kondisi hidup.
Dalam keterangan terakhirnya, WHO menyatakan belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia. Namun, 500 orang yang memiliki kontak dekat dengan 18 orang yang terinfeksi, dimonitor dengan ketat.
Cina juga menginvestigasi kasus di Provinsi Jiangsu dimana seorang yang melakukan kontak dengan penderita flu burung merasakan gejala sakit. Penyakit dari H7N9 merupakan bentuk avian flu yang sebelumnya belum pernah ditemukan di manusia. Virus tersebut berbeda dari H5N1 virus flu burung yang menewaskan 360 orang di dunia sejak ditemukan di manusia pada 2003.