REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kementerian Pertahanan Prancis mulai menarik pasukannya dari Mali. Prancis mengintervensi militer Mali dengan dalih menyerang pasukan militan.
Sekitar 100 dari 4.000 tentara yang dikirim ke negara Afrika Barat pada Januari lalu telah ditarik ke Siprus. Prancis mengintervensi Mali setelah militan yang terkait dengan Alqaidah mengancam akan mengambil ibu kota, Bamako. Pasukan regional Afrika juga berada di Mali untuk membantu pengamanan.
Dilaporkan BBC, operasi militer Prancis memaksa kelompok militan keluar dari kota di bagian utara dan kota. Namun, sejumlah militan mundur ke tempat persembunyian di gurun utara yang luas. Pasukan yang telah ditarik merupakan unit parasut militer. Juru bicara pasukan, Thierry Burkhard, mengatakan mereka telah dikerahkan di sekitar Tessalit, yang menjadi lokasi pertempuran sengit dengan militan.
Pemilihan nasional Mali akan digelar pada Juli mendatang. Prancis berharap hanya memiliki 1.000 tentara di Mali pada akhir tahun. Mereka akan menyerahkan tugas kepada pasukan Afrika yang saat ini jumlahnya sekitar 6.300 tentara.
Sekjen PBB Ban Ki-moon menyarankan pasukan perdamaian PBB sekitar 11 ribu dari pasukan Afrika dikerahkan ke Mali ketika Prancis mengurangi pasukannya, Ban menyerukan pembentukan kekuatan kedua untuk memerangi militan.