REPUBLIKA.CO.ID, Korban serangan virus flu burung jenis baru H7N9 terus bertambah sehingga total menjadi 33 orang dengan sembilan orang meninggal dunia. Demikian informasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kamis (11/4).
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Aditama, dalam surat elektroniknya menyebutkan Kementerian Kesehatan mendapatkan laporan hingga Kamis siang, korban bertambah lima orang manula sehingga menjadi total 33 orang. Termasuk sembilan orang yang meninggal dunia.
"Beberapa rangkuman informasi yang ada sejak awal kasus sampai hari ini menunjukkan ada 33 pasien virus influenza A (H7N9) di Cina. Sembilan kasus meninggal (32 persen), lebih rendah dari kematian akibat H5N1. Semua kasus meninggal diawali dari upaya pengobatan yang sangat lambat, yakni setelah ada keluhan sesak napas berat," kata Aditama.
Aditama mengatakan kecepatan penanganan sangat penting dalam penanganan kasus flu burung sehingga seluruh petugas kesehatan di Tanah Air diminta waspada untuk pasien dengan gejala Severe Acute Respiratory Infection (SARI).
Selain itu, bandara dan pelabuhan internasional juga diminta agar memeriksa setiap penumpang dan kru yang datang dari daerah atau provinsi terjangkit di China, terutama yang memiliki keluhan batuk, demam, sesak napas dan segera menghubungi kantor kesehatan pelabuhan setempat.
"Rumah sakit juga diminta memberi perhatian khusus bagi pasien yang datang dari provinsi terjangkit di Cina, dan tidak jelas penyebab penyakitnya," kata dia.
Kasus flu burung H7N9 pertama kali dilaporkan di wilayah Cina bagian timur yaitu Shanghai dan provinsi tetangga Zhejiang serta menyebar ke Jiangsu dan Provinsi Anhui sejak dua pekan lalu.
Di Indonesia, menurut Aditama, belum ada laporan penularan virus H7N9 pada manusia, sedangkan pada unggas, virus tersebut ditemukan di burung merpati.