REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Mereka boleh berlatar pengusaha, tapi yang diperbincangkan justru masalah pendidikan. Itulah yang dilakukan HM Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden RI ke 10 dan Presiden Bank Asya, Ahmet Beyaz.
JK, demikian mantan Wapres ini disapa, menyempatkan diri menghadiri jamuan santap siang Ahmet di Istanbul, Turki, Kamis (11/4). Menurut media officer JK, Husain Abdullah, meskipun keduanya berlatar belakang pengusaha, perbincangannya justru lebih banyak masalah pendidikan dan moral bisnis.
Ahmet memaparkan, berdasarkan pengalamannya sekitar dua dasawarsa lalu, Turki dipenuhi pengusaha. Namun kata Ahmed, mereka sesungguhnya para pendatang dan hanya ber 'KTP' Turki.
Dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahmet mengatakan, kini perekonomian Turki berkembang pesat dan membuka kesempatan yang luas bagi warga Turki. Salah satu penyebabnya karena faktor pendidikan.
''Kami sangat yakin, pendidikan telah membentuk kami menjadi pengusaha yang baik dan bermoral. Kami sangat percaya apa yang mereka katakan, karena kami tahu mereka, para guru kami adalah orang orang bersih, jujur dan patut diteladani,'' ujarnya.
Menurutnya, 10 hingga 20 tahun lalu, di Turki, banyak juga pegawai dan pengusaha yang tidak bermoral dan korup. Tapi saat ini keadaan di Turki sudah sangat berubah. ''Ini semua karena faktor pendidikan,'' ujar dia.
Karena itu, Ahmet mengatakan, ingin meningkatkan kerjasama dengan Indonesia untuk membangun sebuah pondisi yang baik melalui kerjasama pendidikan.
Dari kerjasama pendidikan, kata Presiden Bank Asya yg kini menjadi 10 besar perbankan di Turki tersebut, kerjasama perdagangan dan ekonomi dapat ditingkatkan. Dia berjanji segera membangun sekolah bermutu di Indonesia sebagai bantuan pendidikan dari warga Turki kepada masyarakat Indonesia, seperti yang sudah dilakukan di berbagai negara.