REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Aktris Hollywood, Angelina Jolie berbicara masalah kasus pemerkosaan di zona perang yang kerapkali dilakukan para tentara di hadapan para menteri Kelompok Negara G-8.
Jolie yakin, pemerkosaan di zona perang bisa dicegah. Karenanya, ia mendesak para menteri luar negeri dari berbagai negara kuat di dunia itu, berupaya lebih gigih lagi dalam membawa pelaku pemerkosaan pada masa perang ke meja hijau.
"Ratusan ribu wanita dan anak-anak mengalami kekerasan seksual, bahkan disiksa atau dipaksa menjadi budak seks dalam beberapa peperangan yang terjadi di generasi kita," kata Jolie yang didampingi delapan menteri dan Utusan Khusus PBB untuk Konflik Kekerasan Seksual, Zainab Hawa Bangura, seperti dinukil dari Reuters, Jumat (12/4).
Pemeran Lara Croft dalam film 'Tomb Raider' itu menyatakan, keyakinannya suara para korban kekerasan seksual itu kini telah didengar luas di dunia, sehingga masih banyak harapan yang bisa ditawarkan kepada mereka.
"Saya menyambut baik berbagai langkah yang telah ditempuh negara G8," kata Jolie, yang merupakan duta besar Komisi Tinggi PBB untuk Masalah Pengungsian (UNHCR).
Jolie mengatakan, pemerkosaan saat perang bukan masalah yang tidak terhindarkan. Kekerasan tersebut dapat dicegah. "Kita harus menolak segala bentuk tindakan serupa," katanya.
Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague, mengatakan insiden pemerkosaan yang terjadi ketika konflik Rwanda dan Bosnia-Herzegovina merupakan salah satu contoh ketidakadilan yang terjadi di dunia ini.
"Kami tahu bahwa banyak korban kekerasan seksual masih anak-anak, bahkan seringkali usia mereka masih kecil dan ada juga yang bayi. Kami tahu kekerasan seksual itu mengakibatkan penderitaan yang tidak terbayangkan, menghancurkan keluarga dan komunitas, serta memicu konflik yang lebih parah," katanya memaparkan.