REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Universitas Al Aqsa di Jalur Gaza mewajibkan mahasiswinya mengenakan busana Muslimah ketika masuk ke dalam kelas. Busana Muslimah seperti hijab, baju panjan, atau jaket panjang menjadi rujukan pakaian mahasiswi di universitas tersebut.
Kebijakan itu dinilai banyak pihak berbau politis ketimbang karena agama. Universitas Al Aqsa memiliki 6.000 pelajar dan 97 persen mahasiswinya sudah menggunakan hijab.
Kebijakan lain Universitas Al Aqsa adalah memisahkan mahasiswa dan mahasiswi alias tidak belajar tidak dalam satu kelas. Mahasiswa dan mahasiswi belajar bergantian berdasarkan hari.
Seorang mahasiswi Universitas Al Aqsa, Leema Majdi mengatakan, saat pertama ia masuk ke dalam kampus, Majdi dihentikan pihak keamanan kampus. Ia ditanya kenapa tidak mengenakan hijab. Bahkan Majdi diancam dikeluarkan dari kampus jika tidak menuruti peraturan. "Akhirnya saya berpikir harus menggunakan hijab untuk menyelesaikan kuliah saya," kata Majdi seperti dinukil dari Radio France Internationale.
Tentangan datang dari para mahasiswi yang merasa tidak nyaman akan kebijakan tersebut. Para mahasiswi yang menentang kebijakan itu beralasan, mereka kesulitan berolahraga di kampus dengan baju tersebut.
"Kita butuh baju yang cocok untuk olahraga," kata Yasmin Rafeq, mahasiswa Universitas Al Aqsa lainnya.
Menurut Rafeq, kebijakan itu tidak tepat. Sebab, Universitas Al Aqsa adalah kampus milik pemerintah. "Kalau seperti itu pilih saja Universitas Islam di Gaza," katanya.