REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Tidak kurang dari 19 juta pemilih di Venezuela, akan menentukan masa depan politik negara tersebut pada Ahad (14/4) waktu setempat. Mulai Ahad (14/4) pukul 06.30 waktu Venezuela atau Senin (15/4) waktu Indonesia, belasan juta pemilih tersebut akan memberikan hak suaranya di tempat pemungutan suara (TPS). Dalam pemilihan umum kali ini ada dua kandidat yang maju, yakni pejabat presiden sementara, Nicolas Maduro, dan pesaingnya Hanrique Capriles.
Sebuah tayangan kampanye terkahir Maduro di televisi lokal menampilkan mantan wakil presiden tersebut mengunjungi makam Chavez. Maduro tampak memberikan pidato politik untuk memilih dirinya sebagai presiden menggantikan Chavez. Aksi tersebut menurut Caprilles adalah akting politik, untuk mempengaruhi para pemilih. Selain itu, Caprilles juga menyalahkan pemerintah yang memberikan fasilitas negara untuk kebutuhan kampanye.
Caprilles mengadukan aksi Maduro itu ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Venezuela. ''Mereka (Maduro) melangggar norma pemilu. Mereka tidak tahu apa-apa selain penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan,'' ujar dia, seperti dilansir BBC News, Ahad (14/4).
Pertarungan politik antara Maduro dan Caprilles adalah pertarungan masa depan Venezuela. Sejak kematian Chavez Maret lalu, spekulasi memuncak tentang siapa pewaris jabatan tokoh kharismatik itu. Caprilles adalah pesaing utama, sedangkan Maduro digadang-gadang akan melanjutkan cita-cita Chavez.
Caprilles juga merupakan pesaing keras Chavez dalam pemilihan presiden tahun lalu. Dengan idiologi berbeda, Caprilles menghendaki agar Venezuela kembali ke ekonomi pasar bebas. Sebuah terobosan pembangunan yang paling ditentang oleh Chavez seumur hidup. Sedangkan Maduro merupakan replika Chavez.
Sementara itu, Maduro juga optimistis akan menang dalam pemilihan kali ini. Bekas supir angkutan umum ini juga berjanji akan mematuhi aturan pemilihan, dan berkomitmen untuk mengakui apapun hasilnya. ''Jika saya menang tentu akan saya jalankan. Dengan rendah hati saya akan menerima jika kelompok lain dihendaki untuk memimpin,'' kata dia.
Tapi dia menegaskan, agar Caprilles tidak bermain kotor dalam persaingan kali ini. Maduro menuduh kelompok asing mulai masuk ke dalam dinamika di Venezuela.