Selasa 16 Apr 2013 06:05 WIB

Pyongyang Desak Korea Selatan Minta Maaf

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Hazliansyah
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan teropong untuk melihat wilayah Selatan dari pos pengamatan militer di wilayah perbatasan Korut dan Korsel.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menggunakan teropong untuk melihat wilayah Selatan dari pos pengamatan militer di wilayah perbatasan Korut dan Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara mendesak Korea Selatan meminta maaf untuk mengakhiri ketegangan di Semenanjung Korea. Komandan Militer Tertinggi di Pyongyang mengatakan, Korsel telah menghina Korut dengan menciptakan demonstrasi praktis untuk selalu memusuhi rezim komunis tersebut.

Kantor berita di Pyongyang, KCNA, Selasa (16/4) dini hari, menyiarkan sebuah pernyataan resmi untuk menyerang Korsel tanpa ampun jika aksi memusuhi tersebut terus dialamatkan kepada Korut. Serangan tersebut dikatakan, tentu akan terjadi dan tanpa ada peringatan.

"Perintah Pemimpin Militer Tertinggi Korea (Korut) telah menguarkan ultimatum kepada kelompok boneka (Korsel)," demikian KCNA mengabarkan, dikutip dari Yonhap, Selasa (16/4).

KCNA melansir tiga klausul Jong-un untuk Korsel agar mengakhiri ketegangan kali ini. Presiden muda ini mendesak Pemerintahan Presiden Korsel, Park Guen-hye meminta maaf karena menyebabkan permusuhan.

"Semua tindakan permusuhan baik minor maupun mayor," seperti dikutip, RIA Novosti, Selasa (16/4).

Selanjutnya dikatakan, Korsel harus menghentikan semua praktik permusuhan dan upaya demonstrasi militer bersama di kawasan. Terakhir disebutkan, niat baik Korut kali ini adalah prakondisi untuk berdialog dan berdiskusi dengan Korsel.

"Haruskah selatan menghina kami yang masih bermartabat. Akan ada konsekuensi tanpa peringatan dari kami atas sikap dan permusuhan," KCNA mengingatkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement