Selasa 16 Apr 2013 23:55 WIB

Obama Sebut Bom Boston 'Aksi Teror'

Ekspresi Presiden AS, Barack Obama, saat menyampaikan pernyataan singkat usai ledakan bom di Boston, Selasa (16/4) pagi WIB.
Foto: AP Photo/Charles Dharapak
Ekspresi Presiden AS, Barack Obama, saat menyampaikan pernyataan singkat usai ledakan bom di Boston, Selasa (16/4) pagi WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, -- WASHINGHTON -- Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menyebut dua aksi bom di Boston 'aksi teror'.

Namun, ia mengaku belum mengetahui apakah ledakan tersebut merupakan pekerjaan satu kelompok luar negeri atau dalam negeri atau 'individu berhati dengki'.

Obama meminta warga Amerika waspada dan memperhatikan kegiatan mencurigakan sehari setelah dua ledakan terjadi di garis finis Boston marathon, menewaskan sedikitnya tiga orang dan mencederai lebih 170 orang.

Obama, yang diberi laporan Direktur Biro Investigasi Federal (FDI), Robert Mueller, Menteri Keamanan Janet Napolitano dan beberapa pembantu keamanan nasional lainnya, mengatakan, masih banyak yang harus diselidiki dalam serangan terburuk di wilayah AS sejak serangan-serangan 11 September 2011.

Belum tahu motif dan indikasi siapa pelaku peledakan bom-bom itu, katanya, seraya mengutuknya merupakan 'aksi pengecut dan keji'.

"Tiap waktu bom-bom digunakan untuk menyasar warga sipil tak bersalah, inilah aksi teror. Apa yang kami belum ketahui, ialah siapa yang melakukan serangan ini atau mengapa, apakah direncanakan dan dilaksanakan oleh organisasi teroris, asing atau domestik, atau apakah aksi ini dilakukan individu yang keji," sebut Obama, seperti dinukil dari Reuters.

Presiden memerintahkan bendera AS yang berada di atas Gedung Putih untuk diturunkan setengah tiang sebagai tanda untuk mengenang para korban. Ia mengatakan investigasi atas pemboman-pemboman itu barulah dimulai.

"Perlu waktu untuk mengikuti tiap petunjuk dan menentukan apak yang terjadi. Tapi kami akan temuka. Kami akan temukan siap pun yang melukai warga negara kami dan kami akan membawa mereka ke pengadilan. Kami juga tahu ini: rakyat Amerika menolak diteror," paparnya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement