REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Bentrokan-bentrokan yang terjadi akibat protes kelompok penentang hasil pemilihan presiden Venezuela telah menewaskan tujuh orang, kata sejumlah pejabat Selasa (16/4), ketika kedua pihak mengerahkan pendukung di seluruh negeri untuk mengadakan demonstrasi baru.
Pemimpin oposisi Henrique Capriles telah menuntut penghitungan ulang suara pilpres yang diadakan pada Ahad (14/4) setelah hasil-hasil menunjukkan kemenangan sedikit bagi kubu Nicolas Maduro, pengganti yang dipilih mendiang Presiden Hugo Chavez.
Komisi pemilihan telah mengesampingkan pemilihan ulang. Menurut laporan Reuters yang dikutip Rabu (17/4), hal itu menaikkan ketakutan-ketakutan akan terjadi kekerasan lagi di negara itu. Gelombang protes terjadi di jalan-jalan selama pemerintahan sosialis Chavez yang berlangsung selama 14 tahun.
Aksi kekerasan itu terjadi Senin ketika ratusan pemerotes turun ke jalan-jalan di berbagai kawasan di ibu kota Caracas dan kota-kota lain. Aksi itu menghalangi jalan-jalan, membakar ban, dan bentrok dengan pasukan keamanan dalam beberapa kasus.
Para pejabat juga mengatakan, 135 orang ditahan dalam kerusuhan dan kekerasan pascapemilihan. Media negara dan pejabat-pejabat mengatakan, mereka yang menjadi korban termasuk dua orang yang ditembak oleh pengunjuk rasa yang simpati pada oposisi ketika merayakan kemenangan Maduro di kawasan kelas menengah Caracas.