REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Raja Arab Saudi Abdullah, Selasa (16/4), mengutuk pengeboman kembar di Boston, Amerika Serikat (AS), yang menewaskan sedikitnya tiga orang. Dia menyebutkan aksi itu sebagai tindakan teroris yang memalukan dan mengatakan tidak ada agama yang membenarkan serangan seperti itu terhadap warga sipil.
Presiden AS Barack Obama menyatakan pengeboman Senin (15/4) waktu setempat itu, menargetkan Marathon Boston sebagai satu tindakan teror. Para penyidik mengatakan, tidak ada bahan peledak tambahan selain dua yang meledak di dekat garis finish.
"Kami sedih dengan berita yang kami terima tentang ledakan di Boston dan kematian serta luka-luka yang mereka sebabkan," kata Kantor Berita Negara SPA mengutip Raja Abdullah dalam satu pesan belasungkawa yang dikirim kepada Presiden Obama.
"Kami mengutuk tindakan memalukan ini, aksi teroris yang biasa menargetkan orang-orang tak bersenjata dan tidak bersalah, kita menegaskan bahwa beberapa kejahatan, di balik tindakan ini mencerminkan tak seorangpun dari mereka beragama, beretika atau nilai-nilai yang menerima ini," tambahnya, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (17/4).
Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia dan tempat awalnya Islam, adalah sekutu regional AS dalam menghadapi gelombang serangan Alqaidah. Serangan itu terjadi pada fasilitas pemerintah dan perumahan bagi pekerja asing, yang menewaskan puluhan orang antara tahun 2003-2006. Sebagian besar penyerang yang melakukan serangan 11 September 2001 terhadap Amerika Serikat adalah warga negara Saudi.
Penyelidikan awal terhadap bom itu menemukan bahwa seorang mahasiswa Arab Saudi yang ikut cedera dalam ledakan tersebut, terbebas dari kecurigaan. "Tidak ada yang telah ditangkap," kata Komisaris Polisi Boston Ed Davis. Pejabat setempat juga menyatakan bahwa tidak ada indikasi ledakan itu bagian dari persekongkolan yang lebih luas.